Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bakal dibangun di Indonesia lima tahun lagi. Wacana itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana.
Menurutnya, target pembangunan PLTN akan dilakukan setelah tahun 2025. Pembangunan PLTN dilakukan dalam rangka memenuhi permintaan energi nasional yang meningkat. Di sisi lain, pembangunan PLTN ini juga bertujuan untuk menekan emisi gas rumah kaca.
"Ini program kami, pembangunan program EBT setelah tahun 2025, pemerintah Indonesia akan terapkan beberapa program di antaranya pembangunan pembangkit tenaga nuklir untuk memberikan suplai energi nasional," paparnya dalam diskusi daring yang dilansir CNBC Indonesia, Kamis (29/04/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana ini sudah direncanakan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Pembangunan PLTN akan dilakukan setelah melakukan komunikasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Sementara itu, dari catatan detikcom, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mencatat, hingga kini sudah ada 30 negara yang melakukan operasional PLTN di seluruh dunia. Jumlah PLTN secara totalnya ada 442. Namun, satupun belum ada yang bisa dioperasikan di Indonesia.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan menjelaskan pembangunan fasilitas PLTN memang selama ini mengalami hambatan berupa penolakan masyarakat. Di sisi lain, untuk membangun PLTN memang butuh biaya besar dan pembangunannya pun cukup lama waktunya.
"Kami memahami yang jadi kekhawatiran masyarakat adalah kalau terjadi kecelakaan. Selain itu, concern-nya ini PLTN adalah investasi tinggi dan masa pembangunannya lama," ujar Anhar dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (8/12/2020).
Namun, Batan sendiri sudah banyak melakukan studi kelayakan PLTN di beberapa wilayah. Bahkan, hal ini sudah dilakukan sejak tahun 1990-an.
Di mana saja lokasi potensialnya? Cek halaman berikutnya.
Anhar menjelaskan studi kelayakan pertama dilakukan pada tahun 1991-1996 oleh Batan. Lokasinya di semenanjung Gunung Muria, Pati, Jawa Tengah.
Dari situ didapatkan tiga lokasi potensial, Ujung Lemahabang, Ujung Genggrengan, dan Ujungwatu. Paling memungkinkan dia mengatakan PLTN dibangun di kawasan Ujung Lemahabang.
Perkiraannya, di tempat itu bisa dibangun pembangkit nuklir berkapasitas 7 ribu mega watt elektrik. Namun, di tempat ini penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN kurang baik.
"Studi kelayakan, kita sudah melakukan sejak 1990-an. Di Semenanjung Muria ini, ada Ujung Lemahabang mampu menjadi 7 ribu megawatt elektrik. Namun aksesibilitas penerimaan masyarakat kurang baik," jelas Anhar.
Studi kelayakan berikutnya dilakukan di medio 2011-2013, letaknya di Provinsi Bangka Belitung. Studi itu dilakukan Batan bekerja sama dengan PLN.
Dari studi kelayakan itu didapatkan daerah Bangka Barat bisa dibangun PLTN berkapasitas 6 ribu megawatt elektrik dan Bangka Selatan 4 ribu megawatt elektrik.
Studi kelayakan paling baru dilakukan di Kalimantan Barat (Kalbar). Batan bekerja sama dengan Pemprov Kalbar beserta perguruan tinggi di daerah tersebut.
Studi ini masuk ke dalam program prioritas riset nasional, dimulai dari 2020 dan akan berakhir di 2024. Hasil terakhir, Anhar menyebut daerah Pantai Gosong bisa berpotensi besar untuk pembangunan pembangkit nuklir.
"Saat ini kita lakukan di Kalbar, ini masuk ke dalam program prioritas riset nasional. Ada beberapa calon survei, sepertinya daerah Pantai Gosong yang layak, ini masih studi kita belum bisa keluarkan hasilnya," jelas Anhar.
(hal/ara)