BPH Migas terus berupaya untuk mengembangkan hilir minyak dan gas (Migas) yang ada di Indonesia salah satunya dengan menggandeng sejumlah universitas di Indonesia. BPH Migas direncanakan akan menjalin hubungan kerja sama dengan 34 universitas.
Saat ini, BPH Migas telah melakukan MoU dengan 9 Universitas termasuk Universitas Syiah Kuala, Provinsi Banda Aceh. Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa mengatakan BPH Migas mempunyai PNBP sekitar Rp 1 triliun dan yang terpakai hanya Rp 270 M. Menurutnya, pemanfaatan yang tepat haruslah kembali untuk kepentingan lingkup hilir migas.
"Ini potensi. Nanti kita siapkan, susun, inventarisasi yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan ini. Kalau bisa ada yang spesifik untuk kepentingan Aceh. LNG bisa diregasifikasi untuk banyak hal," ujar Ifan sapaan akrab Kepala BPH Migas, dalam keterangan tertulis, Selasa (11/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"RPJMN 2020 sampai dengan 2024 ditarget akan membangun 4 juta jargas, saat ini baru terwujud sekitar 500 ribu lebih. Kalau 1 sambungan rumah senilai Rp 10 juta, maka masih perlu Rp 35 T, masih banyak. Nah bagaimana ini bisa dibangun tanpa mengandalkan APBN, pakai investasi bisa BUMN, BUMD, ataupun swasta misalnya," tambahnya.
Ifan menyampaikan banyak hal yang bisa dilihat dan bisa mensinergikan semua potensi. Ia mengungkapkan sebuah istilah pentahelix yaitu kombinasi antara akademis, bisnis, government, civil society.
"Dulu hanya triple helix, yang diadopsi Komite Inovasi Nasional. Ternyata dalam perkembangannya mewujudkan keunggulan komparatif perlu pelibatan masyarakat untuk mewujudkan koordinasi dan kolaborasi," kata Ifan.
Ifan dan timnya yang juga tengah mengunjungi Aceh dalam rangkaian BPH Migas Goes to Sumatera mengatakan dirinya bersama team telah menempuh perjalanan darat 2.500 sd 3.000 km, 72 jam untuk sampai ke Aceh.
Jika dihitung pulang pergi nantinya akan mencapai kisaran 6.000 km. Ia pun mengibaratkan perjalanan tersebut dengan perjalanan 2.300 tahun sebelum masehi yang dilakukan Iskandar Agung, yang pergi sejauh 6.000 km untuk invasi sampai India, demikian juga Napoleon Bonaparte.
"Jadi perjalanan kami, untuk menguji mentalitas, untuk memahami Indonesia secara utuh, melewati berbagai suku, agama, untuk meningkatkan penghayatan, internalisasi diri," ujar Ifan.
Dalam kesempatan tersebut, BPH Migas juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Fanshurullah Asa dengan Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Syamsul Rizal tentang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Bidang Hilir Minyak dan Gas Bumi.
Syamsul Rizal dalam sambutannya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada BPH Migas karena telah memberikan ruang kerja sama dengan Universitas Syiah Kuala.
Adapun Nota Kesepahaman yang berlaku selama 3 tahun ini meliputi 9 ruang lingkup yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat, perencanaan dan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pengkajian bersama di bidang hilir minyak dan gas bumi, pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.
MoU ini juga mencakup program magang mahasiswa, pengembangan perguruan tinggi khususnya di bidang hilir minyak dan gas bumi, penempatan tenaga ahli sebagai tenaga konsultan atau "part-time", pertukaran informasi dan data ilmiah, penggunaan sarana dan prasarana penelitian dan fasilitas lain yang dimiliki oleh para pihak, dan kegiatan lain yang disepakati para pihak.
"MoU ini merupakan kesempatan yang besar bagi civitas akademika Universitas Syiah Kuala, untuk turut berkiprah memberikan yang terbaik untuk Aceh, juga kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri secara profesional termasuk dalam hal peluang magang di BPH Migas. "Kami siap menjaga dan mengawal MoU dengan pemerintah ini, agar saling memberikan manfaat untuk masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia," ujar Syamsul Rizal.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh Ir. Mawardi menyampaikan MoU yang baru saja ditandatangani antara BPH Migas dengan Universitas Syiah Kuala didukung penuh oleh pemerintah Aceh.
"Semoga bisa berjalan sesuai dengan amanat UU nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Daerah Aceh dan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2018 tentang pengelolaan bersama SDA Migas Aceh," tuturnya.
Apresiasi juga datang dari Kepala BPMA Aceh Teuku Mohamad Faisal kepada Kepala BPH Migas yang sebelumnya juga telah menjalin MoU dengan BPMA Aceh, dilanjutkan dengan MoU dengan Universitas Syiah Kuala.
Menurutnya hal tersebut merupakan bentuk sinergitas pemerintah pusat dengan Aceh dan kepedulian yang tinggi terhadap perkembangan Aceh. Sebab, Aceh berbatasan langsung dengan 3 negara, Malaysia, Thailand dan India.
"Kami mengharapkan banyak masukan dari BPH Migas maupun kalangan perguruan tinggi, untuk memajukan provinsi Aceh," imbuh Teuku Mohamad Faisal.
Selain itu, sebagai tindak lanjut MoU BPH Migas dengan BPMA 19 Februari lalu, BPH Migas juga melakukan diskusi prospek pengembangan dan pemanfaatan LNG untuk membahas hal - hal strategis penting sebagai tindak lanjut.
Salah satunya adalah pembangunan pipa gas open access Arun - Banda Aceh sepanjang 230 km yang akan dibangun di sisi jalan tol untuk dapat segera dioptimalisasikan sebagai terminal Migas.
"Jika pembangunan Pipa gas ini sukses akan dapat mempercepat pembangunan kawasan industri Aceh. Karena itu, MoU ini penting untuk bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, terutama untuk memajukan sektor Migas Aceh," tutur Faisal.
"Semoga diskusi pertemuan ini, dimana dihadiri para pakar, bisa menelurkan langkah-langkah terbaik untuk memajukan Aceh," lanjutnya.
Sebagai informasi, BPH Migas juga menginisiasi pertemuan berbagai stakeholder mulai dari Badan Pengelola Migas Aceh, BPH Migas, Pemerintah Provinsi, Kalangan Akademisi dari Universitas Syiah Kuala dan PT. Pertamina (Persero), PT. Perta Arun Gas (PT. PAG) serta PT. Pupuk Iskandar Muda guna lebih mensinergikan pengelolaan Migas Aceh dari Hulu hingga Hilir bertempat di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh.
Hadir dalam acara ini Kepala BPH Migas Dr. M. Fanshurullah Asa, MT, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Syamsul Rizal, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh Ir. Mawardi, Kepala BPMA Aceh Teuku Mohamad Faisal, Direktur Teknik dan Operasi PT. Perta Arun Gas Yan Syukharial, MM, Perwakilan PT. Pupuk Iskandar Muda, SKPD terkait serta para tamu undangan.
(ega/hns)