Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Indonesia telah 20 tahun mengalami penurunan produksi minyak dan gas. Dia mengatakan saat ini pemerintah sedang berupaya keras menaikkan produksi migas secara nasional.
Pemerintah ingin produksi minyak menjadi 1 juta barel per hari dan gas 12 ribu juta kaki kubik per hari di tahun 2030.
"Ini pekerjaan penuh tantangan, kita declined (turun) terus produksinya, sudah 20 tahunan lebih posisi declined. Untuk angkat kembali itu adalah pekerjaan sangat besar," ungkap Dwi dalam webinar Arah Baru Industri Migas: Peran Perbankan Nasional di Industri Hulu Migas, Kamis (19/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia yakin target ini bisa dicapai, pasalnya Indonesia masih punya banyak potensi cadangan migas. Dia mengatakan saat ini ada 128 total cekungan migas di Indonesia, namun baru 21 cekungan saja yang bisa berproduksi.
"Potensi Indonesia punya 128 cekungan migas, saat ini yang berproduksi baru 20 cekungan, lalu ada 27 cekungan yang sudah ada temuan dan belum diproduksi. Dan masih 68 cekungan yang belum ditemukan," ungkap Dwi.
Menurutnya, salah satu yang mesti diperhatikan dalam mengelola potensi migas adalah investasi sektor industri hulu migas. Dia menilai investasi untuk sektor hulu migas memang besar.
"Investasi jadi kunci menggerakkan industri hulu migas," kata Dwi.
Di tengah pandemi, investasi di sektor hulu migas secara global telah terpangkas 30% di 2020. Meski begitu, di Indonesia penurunannya tak besar. Dia meyakinkan iklim investasi migas di Indonesia masih sangat baik.
"Dalam hal ini Indonesia lebih baik, karena hanya turun sekitar 25%. Di 2021 ditargetkan US$ 12 miliar lebih, hal ini menunjukkan iklim investasi hulu migas masih sangat baik," kata Dwi.
Bank diminta bantu pembiayaan. Cek halaman berikutnya.