Republik Demokratik Kongo akan meminta ganti rugi dari pemilik tambang berlian Angola setelah bendungan tailing milik mereka bocor dan mencemari air minum warganya.
Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Lingkungan Kongo, Eve Bazaiba mengatakan pada konferensi pers setelah mengunjungi provinsi Kasai selatan negara, Kamis (2/9) waktu setempat.
Dilansir Reuters, Jumat (3/9/2021), kebocoran tambang berlian terbesar di Angola pada akhir Juli membuat anak Sungai Kongo menjadi merah. Akibat dari kebocoran tersebut menyebabkan 12 orang meninggal dan ribuan warga Kongo jatuh sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bazaiba belum bisa mengatakan berapa banyak kerusakan yang dapat ditanggung negara akibat kejadian ini. Namun dia mengatakan setidaknya sudah ada 4.400 orang jatuh sakit karena hal tersebut.
Setelah pecahnya saluran pembuangan di tailing tambang yang menyimpan limbah industri pertambangan, para peneliti di Universitas Kinshasha pada bulan lalu telah merujuk kejadian tersebut sebagai polusi besar yang dampaknya dapat mempengaruhi kehidupan 2 juta orang, membunuh ikan, dan menyebabkan diare di sekitar wilayah sungai.
Oleh karenanya pemerintah Kongo secara resmi akan meminta kompensasi kepada pemilik tambang, di mana mereka yang menghasilkan polusi harus menanggung biaya untuk mengatasinya.
Di sisi lain sebagai pihak yang bertanggung jawab, operator tambang Sociedade Mineira de Catoca tidak segera menanggapi permintaan komentar atas klaim kerusakan dan kematian yang disampaikan Bazaiba.
Sebagai informasi, kejadian ini bermula saat tailing milik perusahaan tambang Catoca bocor ke Sungai Lova, anak sungai dari Sungai Tshikapa, yang akhirnya mencemari Sungai Kongo pada akhir Juli. Berdasarkan gambar satelit menunjukkan bahwa sungai Tshikapa telah berubah warna menjadi merah pada 25 Juli.
(ara/ara)