Tekan Impor LPG, Begini Progres Proyek Gasifikasi Batu Bara PTBA

Tekan Impor LPG, Begini Progres Proyek Gasifikasi Batu Bara PTBA

Nurcholis Maarif - detikFinance
Senin, 13 Sep 2021 15:53 WIB
Tak cuma di Kalimantan, Sumatera Selatan juga punya tambang batu bara. Tak tanggung-tanggung, tambang batu bara di Sumsel ini punya cadangan hingga 3 miliar ton
Foto: Rengga Sancaya
Muara Enim -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ada tiga strategi besar untuk memacu dan memulihkan ekonomi Indonesia. Strategi itu meliputi hilirisasi industri, digitalisasi UMKM, dan ekonomi hijau. Hal itu diungkapkannya dalam peresmian pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia secara virtual belum lama ini.

Sebenarnya hilirisasi industri ini sudah diterapkan di beberapa sektor, misalnya dalam industri batu bara. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahkan sudah mengembangkan tujuh skema hilirisasi batu bara. Salah satunya gasifikasi batu bara.

Sebagai salah satu pemain industri batu bara terbesar di Indonesia, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga berkomitmen dalam hilirisasi batu bara, termasuk untuk menuju ekonomi hijau. Misalnya pada awal tahun lalu, PTBA, PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc menandatangani nota kesepahaman kerja sama hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) dengan mendirikan perusahaan patungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari situs resmi Kementerian ESDM, pengembangan DME ini dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor LPG yang saat ini mencapai lebih dari 70%. DME juga dapat menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun dan menghemat neraca perdagangan hingga Rp 5,5 triliun.

Lalu DME akan menambah investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar USD 2,1 miliar (sekitar Rp 30 triliun) dan pemanfaatan sumber daya batu bara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik.

ADVERTISEMENT

DME juga akan menyebabkan adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp 800 miliar per tahun. Selain itu, akan ada pemberdayaan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi.

Lalu bagaimana progres pembangunan yang masuk proyek strategis nasional tersebut?

Direktur Operasi dan Produksi PTBA Suhedi menjelaskan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME sampai saat ini sudah masuk dalam tahap pembahasan perjanjian final, bahkan sudah masuk pembahasan Sale Purchase Agreement (SPA). Adapun PTBA sudah siap menjalankan perannya sesuai perjanjian.

PTBA juga melakukan berbagai persiapan. Mulai dari sisi suplai batu bara hingga lahan yang akan digunakan untuk perusahaan gasifikasi batu bara tersebut. Menurut Suhedi, perusahaan pengembangan DME ini juga nantinya akan berdiri bersama industri lain dalam proyek pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Enim.

"Hilirisasi batu bara kita mendapatkan PSN (proyek strategis kemarin) di tahun kemarin. (Jadi nanti berdiri di) KEK Tanjung Enim atau Bukit Asam Industrial Estate. Ini isinya nanti PLTU Sumsel 8 sudah dibangun, (terus) coal to chemical jadi ini akan di kawasan Industri Bukit Asam. Kita (juga) sedang mengembangkan transportasi kereta api (untuk batu bara) dari Tanjung Enim ke Tarahan, kemudian ke Kertapati," ujar Suhedi kepada detikcom belum lama ini.

Hilirisasi Batu Bara Menjadi Produk Kimia

Hilirisasi batu bara menjadi satu dari tiga fokus strategis PTBA selain penanganan transportasi batu bara dan pembangunan pembangkit listrik. Anggota holding industri pertambangan Indonesia atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) ini juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk transformasi menjadi perusahaan energi dan kimia.

Hal ini juga sejalan dengan noble purpose MIND ID, yaitu We explore natural resources for civilization, prosperity and a brighter future. Selain dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc, PTBA juga menjalin kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical. Produknya berupa DME, urea, dan polypropylene.

"Coal supply-nya dari PTBA, project ownernya ada PTBA, kemudian yang Chandra Asri untuk (produk) polypropylene, Pupuk Indonesia untuk fertilizer, Pertamina itu untuk DME dan Metanol. Ini joint investment yah. Kemudian offtakernya itu sama, Pertamina, Pupuk Indonesia, Chandra Asri," ujar Suhedi.

"Lalu produksinya DME 400 KTA, Urea 570 KTA, dan Polypropylene 450 KTA," imbuhnya.

Proyek perusahaan patungan hilirisasi batu bara itu nantinya direncanakan akan berdiri di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Enim atau Bukit Asam Industrial Estate yang baru saja masuk dalam proyek strategis nasional.

Sebagai informasi, detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.

Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang.

(akn/hns)

Hide Ads