Harga Batu Bara Meroket ke US$ 203/Ton, Pengamat: Berkah bagi RI

Harga Batu Bara Meroket ke US$ 203/Ton, Pengamat: Berkah bagi RI

Erika Dyah - detikFinance
Rabu, 16 Mar 2022 17:14 WIB
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target produksi batu bara 2022 mencapai 663 juta ton yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik/domestik market obligation (DMO) sebesar 165,7 juta ton sedangkan sisanya 497,2 juta ton akan mengisi pasar ekspor. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.
Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Jakarta -

Harga batu bara diketahui terus melonjak naik, terlebih akibat imbas kondisi geopolitik dunia. Kondisi ini dinilai bisa menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara.

Pengamat Pertambangan sekaligus pengajar di Universitas Tarumanegara Jakarta Dr Ahmad Redi SH MH mengatakan di tengah masa pandemi komoditas batu bara telah menjadi salah satu sumber devisa. Menurutnya, pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini sangat membantu penerimaan negara yang saat ini terganggu dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi.

"Karena pada masa pandemi ini ternyata komoditas batu bara ini sangat signifikan kenaikan harganya. Di satu sisi ini berkah bagi penerimaan negara," kata Redi dalam keterangan tertulis, Rabu (16/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya menjadi berkah bagi perekonomian nasional, ia pun menilai kenaikan harga batu bara merupakan berkah bagi perusahaan batu bara.

"Karena royalti pasti akan naik, karena persentase royalti batu bara itu ditentukan dari harga jualnya. Lalu PPN dan PPh dari sektor ini juga akan naik. Termasuk pajak ekspor dan lainnya. Artinya ini dari sisi penerimaan negara kenaikan harga batu bara sangat baik," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Dalam Peluncuran SIMBARA dan Penandatanganan MoU Sistem Terintegrasi dari Kegiatan Usaha Hulu Migas, pada Selasa (8/3), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (Minerba) membukukan angka Rp 124,4 triliun di 2021. Nilai tersebut mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Ini adalah penerimaan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir," ungkap Sri.

Ia menjelaskan pencapaian rekor penerimaan negara dari sektor minerba ini dipicu oleh meningkatnya harga komoditas pertambangan, seperti batu bara.

"Kenaikan harga komoditas mineral dan batu bara memberikan kontribusi besar," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia memaparkan subsektor batu bara biasanya berkontribusi sebesar 85% dari angka PNBP yang tercatat.

Pada tahun 2021, rata-rata harga acuan batu bara yang ditetapkan masih di bawah yang ditetapkan pada periode kuartal I/2022, sehingga besaran PNBP yang bisa diperoleh pemerintah dari sub sektor batu bara diproyeksikan jauh lebih besar.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Harga Batu Bara di Indonesia

Diketahui, Kementerian ESDM telah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Maret 2022 sebesar US$ 203,69 per ton. Jumlah ini naik US$ 15,31 per ton dari Februari lalu, yaitu US$ 188,38 per ton.

Di 2021 lalu, pemerintah bahkan sempat menetapkan HBA tertinggi di November 2021 mencapai US$ 215,63 per metrik ton (MT), atau naik 33% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan kenaikan harga secara global dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari China, menyusul mulai memasuki musim dingin, gangguan pasokan dan harga gas alam yang lebih tinggi secara global, serta kondisi cuaca buruk yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batu bara di sejumlah provinsi produsen batu bara.

Imbas pemulihan ekonomi dunia pascapandemi pun disebut sebagai faktor kenaikan harga batu bara di 2021. Sebab, permintaan batu bara jadi kembali meningkat. Padahal, tingkat produksi masih belum bisa mengimbangi tingginya permintaan.

Pada Senin (7/3) lalu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan kenaikan harga ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari pandemi COVID-19 hingga kondisi geopolitik Rusia-Ukraina.

"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," kata Agung.

Ia menjelaskan Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia, sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa. Agung menambahkan, invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu mengerek harga batu bara global.

Di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak di bulan Maret 2022 sudah mencapai harga US$ 418,75/ MT. Bahkan jika melansir Barchart.com, harga kontrak untuk bulan April 2022 di ICE Newcastle telah mencapai angka US$ 478/MT.

"Akibatnya negara-negara Eropa mulai beralih kembali ke batu bara sebagai sumber energi," tuturnya.

Lebih lanjut, Agung menjelaskan Harga Batubara Acuan (HBA) merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya. Harga ini ditentukan dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Nantinya, lanjut Agung, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Sementara itu, jika mengacu pada Argus/Coalindo Indonesian Coal Index tanggal 25 Februari 2022, harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 3, indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 5.000 kcal/kg berada di harga US$ 118/MT. Sedangkan harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 4, indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 4.200 kcal/kg, berada di harga US$ 79,54/MT.

Adapun harga rata-rata pada bulan Februari 2022 untuk ICI 3 adalah US$1 15/MT, naik dari harga bulan Januari 2022 yang sebelumnya sebesar US$ 96,16/MT. Untuk harga rata-rata ICI 4 bulan Februari 2022, tercatat sebesar US$ 76,17/MT, naik dari bulan sebelumnya di harga US$6 1,80/MT.

Selain itu, pada harga kontrak April diketahui terjadi kenaikan yang cukup tinggi untuk ICE Newcastle, kontrak pada bulan April 2022 di ICI 4 juga tercatat naik menjadi US$ 134/MT. Sementara harga kontrak Mei Q2/2022 turun menjadi US$ 129/MT, dan Q3/2022 kembali turun menjadi US$ 114/MT. Adapun sebagian besar kualitas batu bara yang dihasilkan di Indonesia memiliki tingkat kalori antara 4.200 - 5.000 kcal/kg.


Hide Ads