Pengusaha transportasi tak setuju apabila pemerintah menaikkan harga BBM Pertalite dan solar subsidi dalam waktu dekat. Mereka mengatakan, kenaikan harga BBM akan sangat berdampak kepada bisnisnya.
Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono mengatakan BBM subsidi atau dia menyebutnya sebagai BBM JBT (jenis BBM tertentu) merupakan bahan bakar pilihan utama pada angkutan transportasi di Indonesia. Baik angkutan penumpang maupun barang. Hal itu terjadi karena perbedaan harga yang sangat jauh dengan BBM harga pasar.
"JBT memang jadi pilihan utama. Kalau sekarang ada BBM JBT mau dinaikan harganya ini tentunya akan berpengaruh kepada bisnis kita," ungkap Ateng kepada detikcom, Rabu (13/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan BBM ini menurutnya akan sangat berpengaruh pada biaya produksi angkutan transportasi. BBM menjadi salah satu komponen terbesar dalam biaya produksi angkutan transportasi. Ujungnya, ongkos transportasi mau tidak mau akan naik.
"Kalau begini ya semua akan naik, tarif dan ongkos kita juga akan naik," ungkap Ateng.
Sementara itu, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan kenaikan Pertalite dan solar lebih baik tidak dilakukan, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang sedang tertekan dengan berbagai kenaikan harga.
Akan sangat konyol menurutnya bila pemerintah benar-benar nekat menaikkan harga BBM.
"Ini salah besar kalau naik dalam kondisi ekonomi negara lagi buruk begini. Kalau sekarang ditetapkan naik benar-benar konyol ini," ujar Shafruhan.
Dia melanjutkan kenaikan harga BBM akan mengerek ongkos harga transportasi. Kalau ongkos transportasi, khususnya transportasi barang naik maka dapat memicu kenaikan harga kebutuhan barang pokok.
"Kalau kenaikan solar kan banyak dipakai angkutan barang, kalau dia ongkosnya naik harga barang-barang lain ikut naik. Barang pokok juga naik," kata Shafruhan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberi sinyal bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite (RON 90) dan Solar akan naik. Hal ini sebagai respons pemerintah atas lonjakan harga minyak dunia.
Arifin mengatakan dalam jangka menengah dan panjang akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite dan Solar. Selain itu, akan dilakukan pengamanan dengan peningkatan cadangan operasional dari 21 hari menjadi 30 hari.
"Dalam jangka menengah dan panjang kita akan melakukan optimalisasi campuran bahan bakar nabati dalam solar, penyesuaian harga Pertalite, minyak solar dan mempercepat bahan bakar pengganti antara lain KBLBB, BBG, bioethanol, BioCNG, dan lain-lain," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI.
(hal/zlf)