China merupakan pelanggan nomor satu minyak Iran selama dua tahun terakhir. Namun, mengutip Reuters, impor minyak Iran oleh China pada April turun dari volume puncak pada akhir 2021 dan awal 2022.
Menurut data Vortexa Analytics, China mengimpor hampir 650.000 barel minyak per hari dari Iran pada April, lebih sedikit dibanding impor Maret yang hampir 700.000 barel per hari.
Sedangkan Kpler, perusahaan analisis data lainnya, memperkirakan ekspor minyak Iran pada April 575.000 barel per hari, turun dari rata-rata 840.000 barel per hari pada kuartal pertama 2022. Selama ini pembeli utama minyak Iran adalah operator kilang Independen China, Teapots, yang mayoritas tersebar di Provinsi Shandong Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kilang-kilang independen tersebut mengurangi pasokan dari Iran pada April seiring melonjaknya harga minyak dunia dan imbas lockdown COVID-19. Menurut Emma Li, analis Vortexa, ada sekitar enam kargo minyak Iran dengan total delapan juta barel minyak belum dapat dibongkar di Pelabuhan Shandong dan Zhejiang, selama lebih dari tiga bulan.
"Iran mulai mengalami kesulitan menemukan pembeli sejak Februari," ujar Emma Li dikutip dari Reuters, Senin (9/5/2022).
Di sisi lain, penurunan impor minyak Iran juga dipicu hilangnya harapan dalam menghidupkan kembali pakta nuklir 2015. Sementara harga minyak yang tinggi mendorong Iran untuk memanfaatkan waktu tersebut kembali pada kesepakatan.
Apabila pakta nuklir tersebut dapat dihidupkan Kembali, akan memungkinkan bagi Iran untuk meningkatkan penjualan minyaknya ke luar China kepada klien sebelumnya di Korea Selatan dan Eropa. Data terakhir dari bea cukai China melaporkan impor sebesar 260.000 ton (1,9 juta barel) minyak Iran, masing-masing pada bulan Desember dan Januari, dalam catatan resmi pertama dalam setahun.
Berbeda dengan minyak Iran, impor minyak dari Rusia ke China justru melonjak hingga 16% pada periode Maret hingga April 2022. Bahkan, ada diskon untuk pembelian minyak Rusia.
Menurut para pedagang, pihak Rusia menawarkan minyak dengan diskon US$ 6 hingga US$ 7 kepada Teapots. Meningkatnya impor minya Rusia oleh China seiring penurunan permintaan di Eropa di tengah meningkatnya kekhawatiran atas sanksi keras invasi Rusia ke Ukraina.
Sebagai informasi, Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dalam aksi yang disebutnya "operasi khusus".