Bukan Cuma Invasi Rusia ke Ukraina, Ini yang Bikin Harga Bensin di AS Mahal

Bukan Cuma Invasi Rusia ke Ukraina, Ini yang Bikin Harga Bensin di AS Mahal

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 02 Jun 2022 09:59 WIB
Bukan Cuma Invasi Rusia ke Ukraina, Ini yang Bikin Harga Bensin di AS Mahal
Jakarta -

Invasi Rusia ke Ukraina menjadi biang keladi naiknya harga bensin di Amerika Serikat (AS). Menurut survei American Automobile Association (AAA), bensin reguler menyentuh angka US$ 4,65 atau Rp 67.425 (kurs Rp 14.500) per galon pada hari Rabu.

Namun, konflik Rusia-Ukraina bukan menjadi satu-satunya penyebab lonjakan bensin. Ada banyak faktor yang mendorong harga bensin di AS semakin melambung.

Kondisi ini sesuai dengan prediksi sebelumnya yang menyebut jika harga bensin bakal mencapai US$ 4 per galon sejak 2008 lalu, dengan ataupun tanpa konflik di Eropa Timur atau sanksi ekonomi yang dijatuhkan ke Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tom Kloza, kepala analis global dari OPIS menyebut banyak alasan selain gangguan ekspor minyak Rusia yang membuat harga-harga menjadi naik. Prediksinya tentang pergerakan harga yang bakal semakin sulit sekarang telah terbukti.

Rekor harga bensin hari Rabu lebih tinggi dari perkiraan Kloza beberapa minggu lalu. Saat sekolah libur dan perjalanan musim panas meningkat maka kebutuhan dan harga bensin pun turut naik.

ADVERTISEMENT

"Semuanya dimulai dari 20 Juni sampai hari buruh," kata Kloza, dikutip dari CNN, Kamis (2/6/2022). Adapun penyebab di balik lonjakan harga bensin adalah sebagai berikut:

Simak juga 'Rusia Gencarkan Serangan di Donetsk, Gudang Pangan Dihancurkan':

[Gambas:Video 20detik]



Rusia adalah salah satu pengekspor minyak terbesar di planet ini. Bulan desember lalu, Rusia mengirim hampir 8 juta barel minyak dan produk minyak bumi lainnya ke pasar global. 5 juta di antaranya adalah minyak mentah.

Memang tidak banyak ekspor yang dilakukan ke AS. Tahun 2021 Eropa mendapat 60% minyak, sementara China sebanyak 20%. Namun, harga minyak tergantung dari komoditas pasar global. Saat minyak Rusia hilang di pasaran, harga keseluruhan di dunia juga ikut terpengaruh

Negara barat awalnya mengecualikan ekspor minyak dan gas alam sebagai bagian dari sanksi Rusia karena khawatir akan mengganggu pasar global. Tetapi di bulan Maret, AS resmi melarang semua impor energi dari Rusia.

Di hari Senin, Uni Eropa mengumumkan larangan impor minyak Rusia. Diketahui dua pertiga pasokan minyak di Eropa berasal dari Rusia. Dan sekarang, minyak dari Rusia lambat laun mulai dikeluarkan dari pasar global.


Salah satu faktor yang menjaga harga minyak tetap stabil adalah lonjakan kasus COVID-19. Aturan lockdown di beberapa negara membuat permintaan komoditas minyak sempat berkurang.

Namun setelah pandemi melandai, lockdown di kota-kota besar seperti Shanghai mulai dicabut. Akibatnya jumlah permintaan semakin tinggi dan membuat harga minyak kembali naik.

Harga minyak dunia jatuh selama kebijakan stay at home mulai diterapkan. Minyak mentah sempat diperdagangkan dengan harga yang negatif.

Sebagai tanggapan, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, setuju memangkas jumlah produksi sebagai upaya untuk mendukung harga. Dan ketika permintaan kembali naik, perusahaan malah mempertahankan target produksi agar tetap rendah.

Perusahan minyak enggan atau tidak dapat melanjutkan produksi pra-pandemi di tengah kekhawatiran aturan lingkungan yang lebih ketat, sehingga berpotensi memangkas permintaan di masa depan.

Menurut Presiden Perusahaan Konsultan Rapidan Energy Group Robert McNally, pemerintah AS secara tiba-tiba tertarik untuk melakukan lebih banyak pengeboran. "Orang-orang lebih khawatir tentang harga minyak yang tinggi daripada yang lainnya." katanya.

Namun diperlukan waktu untuk meningkatkan produksi, terutama saat perusahaan minyak menghadapi rantai pasokan dan masalah rekrutmen. "Mereka (perusahaan minyak) tidak dapat menemukan orang, dan tidak dapat menemukan peralatan," tambah McNally.

Suplai hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi harga. Permintaan menjadi kata kunci lain, meskipun permintaan sangat tinggi sekarang, hal ini belum kembali seperti sebelum pandemi.

Ekonomi AS mencatatkan rekor pertumbuhan pekerja di tahun 2021. karyawan yang sebelumnya bekerja dari rumah mulai kembali bekerja ke kantor.

Dimulainya perjalanan musim panas pada Memorial Day memicu naiknya jumlah permintaan bahan bakar untuk pesawat. Maskapai penerbangan AS melaporkan lonjakan jumlah pemesanan untuk perjalanan musim panas, meskipun dengan harga tiket yang mahal.

Hide Ads