Pertamina Masih Mau Tahan Harga BBM Meski Keuangannya Defisit Parah?

Pertamina Masih Mau Tahan Harga BBM Meski Keuangannya Defisit Parah?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 02 Jun 2022 16:18 WIB
Warga melakukan pengisian BBM jenis Pertamax di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2022). Kabar berhembus BBM Ron 92 Pertamax bakal naik pada 1 April 2022. Kenaikan harga ini memang santer dikabarkan seiring dengan melejitnya harga minyak dunia.
Ilustrasi Harga BBM Pertamina (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan arus kas PT Pertamina (Persero) defisit US$ 12,98 miliar atau Rp 188,2 triliun (kurs Rp 14.500) akhir tahun ini. Defisit terjadi karena Pertamina tidak menaikkan harga BBM saat harga minyak mentah dunia naik.

Pertamina belum menaikkan harga BBM sejak 1 April saat menaikkan harga Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter. Sementara per 1 Juni 2022 Shell menaikkan harga BBM Shell Super yang setara RON 92 sebesar Rp 870 menjadi Rp 17.500 per liter.

"Untuk Pertamina arus kas defisitnya estimasinya mencapai US$ 12,98 miliar," kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, dikutip Kamis (2/6/2022). Proyeksi itu didapat dari arus kas Pertamina yang sudah defisit US$ 2,44 miliar atau Rp 35,86 triliun per Maret 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai saat ini Pertamina masih menanggung selisih lebar antara harga jual eceran (HJE) dan harga keekonomian BBM. Pasalnya BUMN energi itu belum mendapat tambahan suntikan anggaran subsidi dan dana kompensasi dari pemerintah.

"Arus kas operasional Pertamina sejak Januari constantly negatif karena Pertamina harus menanggung perbedaan (harga), ini yang menyebabkan kondisi keuangan Pertamina menurun," jelas Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Selain Pertamina, Sri Mulyani juga memperkirakan arus kas yang defisit terjadi pada PT PLN (Persero). Sebab, PLN belum menaikkan tarif listrik di tengah kenaikan harga komoditas energi.

"Defisit ini diperkirakan akan mencapai Rp 71,1 triliun untuk PLN," ujarnya.

Per 30 April 2022 PT PLN (Persero) telah menarik pinjaman sebesar Rp 11,4 triliun dan akan melakukan penarikan pinjaman kembali di Mei dan Juni. Dengan begitu total penarikan pinjaman sampai Juni diperkirakan mencapai Rp 21,7 triliun sampai Rp 24,7 triliun.

Jika tidak ada tambahan kompensasi dari pemerintah, sampai Desember 2022 arus kas operasional PLN diproyeksikan akan defisit Rp 71,1 triliun. Untuk itu, pemerintah meminta restu kepada Banggar DPR RI untuk menambah anggaran subsidi dan dana kompensasi energi sebesar Rp 291 triliun menjadi Rp 443,6 triliun pada tahun ini.

Lihat Video: Harga Pertalite Tak Naik, Jokowi: Nahan Harga Seperti Itu Berat!

[Gambas:Video 20detik]



(dna/dna)

Hide Ads