Belanja Negara Bisa Bengkak Jadi Rp 3.169 T, Subsidi Energi Biang Keroknya!

Belanja Negara Bisa Bengkak Jadi Rp 3.169 T, Subsidi Energi Biang Keroknya!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 01 Jul 2022 13:23 WIB
Menkue Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (31/5). Sri Mulyani jelaskan percepatan pembangunan infrastrukur dalam APBN 2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Belanja negara hingga akhir 2022 meroket signifikan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi belanja negara tahun ini menyentuh Rp 3.169,1 triliun.

Jumlah itu jauh bertambah dari target awal di APBN pada awal tahun Rp 2.714,2 triliun. Kemudian, target dalam APBN direvisi dalam Peraturan Presiden (Perpres) 98 Tahun 2022 menjadi Rp 3.106,4 triliun.

Bahkan, setelah target sudah dinaikkan pun prediksi jumlah belanja negara masih berada di atasnya atau sebesar 102%. Sri Mulyani menyebut belanja negara naik pesat dalam rangka melindungi masyarakat dari krisis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, total belanja negara tahun ini bisa mencapai Rp 3.169 triliun. Jauh lebih besar dari APBN di awal. Ini cerita tadi berikan selimut atau bantalan untuk melindungi masyarakat dari guncangan," papar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran di gedung DPR RI, Jakarta Selatan, Jumat (1/7/2022).

Sri Mulyani menuturkan belanja negara meningkat pesat salah satunya karena penetapan anggaran subsidi dan kompensasi yang meningkat, utamanya pada subsidi dan kompensasi energi.

ADVERTISEMENT

Sri Mulyani memperkirakan hingga akhir tahun jumlah subsidi meningkat menjadi Rp 284 triliun. Padahal target belanja subsidi pada APBN di awal tahun sebesar Rp 207 triliun.

Kenaikan paling tinggi terjadi pada anggaran belanja kompensasi BBM dan listrik. Sampai akhir tahun, Sri Mulyani bilang untuk biaya kompensasi energi pemerintah akan mengeluarkan anggaran hingga Rp 293 triliun. Padahal, pada awal tahun anggaran belanja kompensasi pada APBN hanya mencapai Rp 18,5 triliun.

"Subsidi melonjak hingga Rp 284 triliun. Kemudian kompensasi sangat tinggi, meningkat menjadi Rp 293 triliun dari yang tadinya hanya Rp 18 triliun," jelas Sri Mulyani.

Pendapatan negara juga naik. Cek halaman berikutnya.

Pendapatan Negara Naik

Syukurnya, meskipun belanja negara naik, Sri Mulyani bilang pendapatan negara juga ikut naik. Hal ini membuat besaran defisit APBN menjadi lebih rendah dari target yang ada, bahkan berada di bawah 4% dari total PDB.

Proyeksinya, defisit APBN di akhir tahun akan sebesar Rp 732,2 triliun, lebih rendah dari target di dalam APBN revisi pada Perpres 98 tahun 2022 yang mencapai Rp 840,2 triliun.

Sri Mulyani memproyeksikan defisit APBN terhadap PDB di akhir tahun ini hanya mencapai 3,92%, lebih rendah dari target dalam APBN revisi yang mencapai angka 4,5%.

"Defisit akan turun lebih dalam dari yang kami sampaikan di Banggar. Kami perkirakan akan di bawah 4%, tepatnya drop ke 3,92% dari PDB ini membuat APBN kita relatif kuat," ungkap Sri Mulyani.

Adapun untuk pendapatan negara, di akhir tahun Sri Mulyani memperkirakan akan mencapai Rp 2.436,9 triliun, tumbuh 21,2% dari tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh penerimaan negara baik dari pajak, bea cukai, hingga penerimaan bukan pajak (PNBP) yang semua mencapai 10-25% pertumbuhannya.


Hide Ads