Sinyal kenaikan harga BBM khususnya jenis Pertalite menguat. Apalagi, pemerintah kerap kali menyinggung beban subsidi energi yang besar yakni sampai Rp 502 triliun untuk menahan harga Pertalite cs agar tidak melambung tinggi.
Wacana kenaikan harga Pertalite ini pun menuai respons dari masyarakat. Apa kata mereka?
Daili Arisandi, pria yang sehari-hari menjadi kurir mengaku, tidak setuju dengan kenaikan harga Pertalite. Dia mengatakan, Pertalite merupakan bahan bakar untuk masyarakat menengah ke bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya tidak setuju. Memang Pertalite kaum menengah bawah itu kan yang difavoritkan Pertalite. Tapi kalau menengah atas seharusnya tahu dirilah, pakai Pertamax," katanya kepada detikcom di SPBU kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2022).
Sehari-hari, Daili membeli Pertalite 2 liter atau sekitar Rp 15 ribu. Bila harga Pertalite, kata dia, maka biaya operasionalnya akan semakin membengkak.
"Kalau bensin dinaikkan istilahnya bakal menjeritlah. Masa kita-kita kaya kurir, ojek online. Ini juga orang-orang menengah ke atas kebanyakan pakai Pertalite. Kalau dibilang adil, ya nggak adil lah," katanya.
Hal senada diungkap Yusuf, pengemudi ojek online. Dia mengatakan, kenaikan Pertalite akan memperbesar pengeluarannya.
"Karena kalau Pertaltie (naik) otomatis mengurangi efisiensi kendaraan. Biasanya dapat 2 liter, kalau naik kan jadi berkurang," kata pria berjaket hijau hitam tersebut.
Yusuf mengeluarkan uang Rp 50 ribu untuk sehari narik. Dalam sehari, ia biasanya memperoleh Rp 250 ribu dari melayani order penumpang. Artinya, setidaknya ia dalam sehari menerima pendapatan Rp 200 ribu setelah dikurangi bensin.
Jika Pertalite naik, maka pendapatan yang ia dapat sehari bisa berkurang. Padahal, pendapatan itu juga ia gunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, dan lain-lain.
"Rp 200 ribu bisa turun malah," ujarnya.
Simak Video: Jokowi: Bayangkan Kalau Pertalite Rp 17.100, Demonya Berapa Bulan?