Komisi VI DPR menggelar rapat kerja dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan hari ini. Dalam rapat tersebut terungkap sejumlah fakta mengenai BBM. Berikut daftarnya:
1. Kuota Pertalite Diperkirakan Jebol
Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade mengatakan, pihaknya telah menyampaikan aspirasi jika kuota Pertalite tak sampai akhir tahun. Hal itu dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat karena pulihnya ekonomi.
"Sudah 6 bulan ini kami menyampaikan aspirasi bahwasanya Pertalite itu kuota yang disetujui pemerintah hanya 23 juta KL. Dengan situasi ekonomi yang membaik, lalu semua orang keluar rumah dan berinteraksi otomatis kebutuhan ktia sampai akhir tahun 28 juta KL. Dan 23 juta KL kuota yang ada itu insya Allah bulan September itu habis," paparnya dalam rapat kerja di Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya pun telah berulang-ulang menyampaikan ke pemerintah untuk segera mengambil tindakan. Ada sejumlah opsi, seperti menaikkan kuota Pertalite tapi itu tergantung kemampuan anggaran pemerintah.
Kemudian, pemerintah mengeluarkan aturan pengendalian pemakaian Pertalite. Sehingga, subsidi tepat sasaran. Namun, hingga saat ini mobil-mobil masih menenggak BBM RON 90 tersebut.
"Harapan kami fraksi Gerindra, kita tidak ingin ada kenaikan BBM. Kami mengusulkan pemerintah harapan kami jangan ada kenaikan BBM. Untuk itu kita mengusulkan harus ada aturan pengendalian. Bagaimana turunan Perpres 191 tahun 2014 harus dibikin dan dibuat tapi sampai sekarang belum juga," paparnya.
"Kami harapkan BBM jangan naik dulu, karena masyarakat kasihan," imbuhnya.
2. 'Oneng' Pertanyakan Harga BBM Tak Turun Kala Minyak Dunia Lesu
Anggota Komisi VI Fraksi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka menyoroti rencana kenaikan harga BBM. Menurutnya, alasan kenaikan harga BBM dari tahun ke tahun sama yakni kenaikan harga minyak dunia.
Rieke yang dulu dikenal dengan peran sebagai 'Si Oneng' itu pun juga mempertanyakan harga BBM yang tak turun ketika harga minyak dunia turun.
"Ini alasannya dari tahun ke tahun sama saja, karena harga minyak dunia naik US$ 100 per barel, tapi ketika harga minyak dunia turun nggak ada BBM turun ya pak?" kata Rieke.
Selain itu, Rieke juga mempertanyakan adanya kenaikan jumlah subsidi energi, tapi harga BBM mau dinaikkan.
"Di satu sisi ada kenaikan subsidi BBM, tapi di sisi lain kenapa BBM yang disubsidi harganya jadi naik begitu. Saya mungkin yang butuh penjelasan lebih detil," ujarnya.
3. Pertamax Ternyata Disubsidi
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, harga BBM yang dijual PT Pertamina (Persero) lebih murah. Sebut saja, Pertamax yang saat ini dijual seharga Rp 12.500/liter. Sementara, jika dibandingkan dengan BBM di Shell harganya telah menembus Rp 17.000/liter.
"Kalau kita lihat harga BBM kita dibandingkan contoh aja misalnya Pertamina, Pertamax-nya itu harganya Rp 12.500 kalau kita lihat isi di pom bensin yang Shell atau lain-lain itu harga Rp 17.000," katanya.
Ia pun mengakui, harga Pertamax disubsidi. Menurutnya, hal itu menjadi catatan pemerintah. Begitu juga dengan Pertalite dan solar, dia mengatakan, pemerintah telah menggelontorkan anggaran yang besar untuk subsidi.
"Jadi Pertamax pun sebenarnya disubsudi oleh pemerintah. Nah ini salah satu menjadi catatan yang cukup menggelitik kalau misalnya kita mengisi bensin Pertamax ko harganya bisa murah sebenarnya itu subsidi," ujarnya.
"Sama juga kalau kita lihat yang namanya Pertalite dan juga yang namanya solar itu disubsidi cukup luar biasa angkanya," tambahnya.
(acd/hns)