Dugaan Dahlan Iskan soal BBM VIVO yang Sempat Lebih Murah dari Pertalite

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 06 Sep 2022 15:15 WIB
Foto: Tangkapan layar
Jakarta -

Dahlan Iskan ikut berkomentar di tengah kehebohan SPBU VIVO saat BBM milik Pertamina naik. Menteri BUMN era SBY itu mengutarakan beberapa analisa mengapa BBM milik VIVO bisa lebih murah dari Pertalite.

SPBU VIVO memang tiba-tiba heboh sesaat pengumuman kenaikan harga BBM Pertamina oleh pemerintah. Penyebabnya salah satu produk VIVO yang bernama Revvo 89 harganya jadi lebih murah dari Pertalite.

Saat Pertalite resmi naik menjadi Rp 10.000/liter, harga bensin Revvo 89 hanya Rp 8.900/liter. Sontak BBM VIVO diburu, tapi tiba-tiba produk BBM VIVO itu hilang dari SPBU-nya.

Isu-isu liar pun muncul terkait kejadian itu. Pemerintah sempat dituding berada di balik lenyapnya Revvo 89 secara tiba-tiba. Lalu kemarin VIVO akhirnya menjual kembali Revvo 89 tapi dengan harga baru yakni Rp 10.900, jadi lebih mahal dari Pertalite.

Dahlan sendiri mengomentari bukan terkait Revvo 89 itu tiba-tiba hilang, tapi bagaimana bisa BBM itu lebih murah dari Pertalite.

"Rupanya ada satu pompa bensin yang peka terhadap isu hemat seperti itu. Di saat Pertamina menaikkan harga BBM di stasiunnya, stasiun bensin satu ini justru menurunkannya: SPBU Vivo. Adanya di Jakarta selatan. Baru satu itu. Milik asing. Milik perusahaan Swiss. Bekerja sama dengan perusahaan Inggris," tulis Dahlan dikutip dari laman Disway.id, Selasa (6/9/2022).

Menurut Dahlan VIVO memang lambat berkembang di Indonesia. Tapi dua tahun lalu VIVO sudah bikin kejutan yang sama seperti saat ini. Ketika terjadi kenaikan harga BBM, VIVO justru menurunkannya. Tapi setelah itu VIVO justru tutup lantaran pemerintah menganggap Vivo masih ilegal dan belum melengkapi izinnya.

"Setelah izin itu beres Vivo buka lagi. Baru satu di Jakarta selatan itu. Dan kini Vivo bikin kejutan pula. Harga Revo89, produk Vivo yang setara dengan Pertalite, justru turun jadi Rp 8.900. Padahal Pertalite-nya Pertamina naik menjadi Rp 10.000/liter. Heboh. Bagaimana bisa," tulisnya.

Terkait hal itu, Dahlan menilai VIVO memang punya strategi khusus dengan menyasar konsumen miskin. Hal itu tercermin dari fokus operasi VIVO di dunia.

"Vivo menguasai pompa bensin di seluruh negara Afrika. Vivo punya 2.400 lebih pompa bensin di 23 negara di Afrika," tulisnya.

Menurut informasi yang dia dapat, ada beberapa kemungkinan mengapa produk BBM di SPBU VIVO bisa lebih murah. Pertama ada kemungkinan kualitas Revvo 89 tidak sebagus Pertalite.

Lalu ada juga informasi yang menghubungkan dengan sumber bahan baku mereka. Menurutnya hal itu bisa terjadi sebab induk perusahaan ini sudah global. Jaringannya di seluruh dunia. Pabrik penyulingannya ada di mana-mana termasuk di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Bisa saja induk VIVO punya anak perusahaan yang lincah: bisa membeli bahan baku dari Iran atau Rusia. Yang Anda pun sudah tahu: harganya jauh lebih murah," ucapnya.

"Pemerintah tentu diuntungkan. Rakyat punya banyak pilihan. Tapi bisa juga pemerintah merasa terpojok: bagaimana mungkin yang tidak disubsidi bisa lebih murah dari yang disubsidi. VIVI memang baru punya satu SPBU tapi kehadirannya sudah serasa 1.000," tambahnya.

Simak video 'Demo Buruh Bubar, Giliran Mahasiswa Geruduk Gedung DPR RI':






(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork