Sebagai informasi, Global Future Fellows (GFF) resmi dibuka pada hari ini Selasa, 27 September 2022 di Sofitel Nusa Dua, Bali. Rangkaian GFF dimulai dengan residensi selama lima hari yang mengumpulkan 36 pemain strategis, yang kemudian disebut dengan GFFellows.
Adapun Fellows yang berpartisipasi pada program ini datang dari berbagai lokasi di Indonesia, mulai dari Jakarta, Makassar, Sumba, sampai Yogyakarta, Para GFFellows mewakili hampir 30 organisasi di sektor energi dengan tujuan menjaga proses transisi yang adil dan inklusif.
Selain para GFFellows yang beragam, GFF juga menghadiri pembicara dari berbagai lokasi, seperti Australia dan Selandia Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
GFF merupakan program fellowship yang bertujuan mendorong sinergi antara sektor publik, privat, dan komunitas dalam proses transisi energi. Hasil utama yang diharapkan adalah Rencana Aksi Bersama atau "Action Roadmap" bersifat praktis untuk memimpin beragam pemain kunci ke arah yang sama dalam transisi energi.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan dua Panel Talk. Sesi dialog pertama membahas keseimbangan antara bisnis dan kesejahteraan masyarakat dan menghadirkan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin; Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Shinta Kamdani, yang juga Chair B20.
Serta Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) sekaligus Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Mumpuni. Para panelis menyetujui bahwa tata kelola kolaboratif memiliki peran penting dalam menutupi kesenjangan dalam transisi energi, sekaligus memecahkan masalah masa depan energi.
Sesi panel kedua menghadirkan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, Fabby Tumiwa dan Direktur Pengembangan Strategis, The Nature Conservancy, sebuah organisasi lingkungan global, Thomas Brzostowski. Para pembicara menekankan peran pentingnya masyarakat sipil (civil society) dalam mengidentifikasi dan menyuarakan kebutuhan lokal.
Energi dapat menciptakan peluang transformasi. Transisi energi bersih di Indonesia adalah kunci untuk mendiversifikasi ekonomi dan menciptakan pertumbuhan negara yang merata.
Pijar Foundation berharap bahwa jaringan yang dibangun selama program lima hari di Bali serta sesi-sesi di Jakarta di antara 36 Fellows juga akan berfungsi sebagai landasan untuk kolaborasi berskala, berkelanjutan, dan berdampak untuk menjaga transisi energi Indonesia.
(ada/dna)