Energi Baru Terbarukan Masih Minim, RI Terancam Ditinggal Cabut Investor

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 17 Okt 2022 16:02 WIB
Ilustrasi EBT (Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta -

Rencana Indonesia ekspor listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) ke sejumlah negara termasuk Singapura batal dilakukan dalam waktu dekat. Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri agar Indonesia meningkatkan penggunaan EBT.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan share EBT di Indonesia baru 14,7% atau di bawah rata-rata ASEAN yang mencapai 33,5%. Padahal peluang pengembangan EBT sangat terbuka, terlebih didukung peningkatan konsumsi listrik per kapita.

"Peluang investasi dari peluang pasar yang ada di Singapura memang akan menjanjikan hadirnya devisa yang bisa kita terima dengan menjual listrik tersebut ke Singapura, namun di sisi lain tentunya energi baru terbarukan di dalam negeri kita punya kebutuhan yang luar biasa," katanya dalam webinar bertajuk 'Peluang Ekspor Energi Terbarukan: Mempercepat Penurunan Emisi, Meraih Devisa', Senin (17/10/2022).

Di ASEAN, Indonesia merupakan negara terendah untuk bauran EBT bersama Singapura dan Brunei Darussalam. Hal ini membuat Indonesia terancam ditinggal cabut perusahaan-perusahaan karena lebih memilih negara yang bisa menyuplai EBT.

"Ketika kita tidak menghasilkan supply renewable energy, maka bisa jadi industri yang sudah masuk di Indonesia ada 2 kemungkinan: Mereka akan pergi ke luar mencari daerah lain yang mungkin lokasinya masih sama di ASEAN, tetapi dia bisa mensupply EBT," tutur Nurul.

Negara tujuan perusahaan bisa saja ke Laos atau Vietnam yang bauran EBT-nya sudah 55,8%. Dengan Kamboja dan Myanmar saja Indonesia masih kalah soal bauran EBT yang besarnya mereka 33,5%.

Untuk itu Indonesia mengurungkan rencana ekspor listrik berbasis EBT ke Singapura. Ketimbang diekspor, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mau kegiatan produksi industri yang ada di Indonesia punya kesempatan bisa mendapat supply EBT.

"Kalau kita berusaha melakukan kegiatan ekspor listrik renewable ke luar negeri, kemudian mengurangi upaya untuk memberikan supply ke dalam negeri secara progresif, ini memberikan peluang bagi negara-negara di ASEAN yang punya kemampuan energi terbarukan lebih bagus. Dia akan punya peluang untuk bisa menarik industri lebih banyak ke dalam negaranya dan kita akan menjadi tertinggal," imbuhnya.




(aid/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork