Bos Pertamina Beberkan Jurus Kejar Target Nol Emisi Karbon

SOE International Conference 2022

Bos Pertamina Beberkan Jurus Kejar Target Nol Emisi Karbon

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 20:49 WIB
Pertamina Kembangkan Teknologi Diesel Biohidrokarbon dan Bioavtur
Foto: Dok. Pertamina: Dirut Pertamina Nicke Widyawati
Nusa -

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan sejauh ini Pertamina berhasil menurunkan pengeluaran karbon emisi operasional perusahaan mencapai 29% dari 2019 hingga akhir 2021. Semua entitas bisnis Pertamina sudah diupayakan untuk diminimalisir emisinya.

"Pertama eksisting bisnis kita yang menghasilkan emisi ini sudah kita turunkan, minimal sama dengan target Nationally determined contribution pemerintah. Sejak 2019, kami menghitung berapa penurunan karbon emisi dan di 2021 akhir," jelas Nicke di sela SOE International Conference, di Nusa Dua Bali, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (17/10/2022).

Nicke menjelaskan dalam melakukan dekarbonisasi, Pertamina melakukan efisiensi pada kilang-kilang dan seluruh blok migas dengan menggunakan kembali gas buang yang ada menjadi energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua kita melakukan beberapa program di hilir, yaitu Langit Biru. Di mana sudah shifting dari premium ke pertalite, dan itu memberikan kontribusi cukup besar," lanjut Nicke.

Sementara itu, dalam program transisi ke energi bersih, menurut Nicke, harus sesuai dengan sumber daya alam yang dimiliki negara.

ADVERTISEMENT

"Karena Indonesia negara kepulauan, maka konsepnya bukan lagi interkoneksi. Tapi begitu kita bicara Indonesia Timur, itu melakukan kearifan lokal. Semua bisa diproses menjadi sumber energi. Sumber energi harus berasal dari sumber daya alam yang dimiliki negara," tegas Nicke.

Pertamina juga kolaborasi dengan banyak pihak. Langsung klik halaman berikutnya

Pertamina juga menggandeng berbagai pihak dalam melakukan dekarbonisasi mengingat adanya tantangan yang perlu dihadapi dalam transisi energi.

"Ini yang kita lakukan cara cepatnya dengan partnership untuk mengurangi risiko tersebut. Sehingga ini menjadi kunci untuk mengakselerasi pengembangan energi hijau, bisnis hijau Pertamina," kata Nicke.

Dia menjelaskan Pertamina telah melakukan kerja sama untuk eksisting bisnis dan berhasil menemukan potensi 21 juta ton CO2 untuk storage dari satu lokasi.

"Kemudian di beberapa blok migas kita, kita sudah lakukan CO2 injection, di mana kemudian produksinya meningkat. Itu juga dengan partnership. Dan kami masuk di bisnis-bisnis baru, pengembangan di baterai kendaraan listrik ekosistem, hidrogen, dan sustain efisiensi fuel," jelas Nicke.

Seperti diketahui Indonesia memiliki peran penting dalam mencapai tujuan global net zero emission (NZE) karena menjadi salah satu penghasil gas rumah kaca (GRK) global terbesar dengan menyumbang 2-3% dari emisi global.

Adapun Indonesia telah mengumumkan komitmen untuk mengurangi 30% emisi GRK di bawah rencana Nationally Determined Contribution (NDC) 2030 dan mencapai NZE pada tahun 2060 atau lebih awal.

Nicke juga menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan dialog dengan berbagai partner untuk berinvestasi di Indonesia. Adapun untuk menarik minat para investor, Nicke menyebut bahwa Indonesia memiliki sumber daya dan pasar yang tidak dimiliki oleh negara lain.

"Saya melihat ini kelihatannya gloomy dengan adanya perang. Kalau dari kacamata energi bersih, kita lihat secara positif. Positifnya adalah dengan harga migas tinggi, maka keekonomian EBT meningkat karena bisa jadi sekarang lebih murah. Oleh karena itu, ini meningkatkan appetite dari investor, dan juga kita harus akselerasi momentum ini sangat baik," pungkas Nicke.


Hide Ads