KTT G20

Strategi Biar Gas Bumi Nggak Mubazir Cuma Dibakar Jadi Api Pijar

Aulia Damayanti - detikFinance
Minggu, 13 Nov 2022 16:46 WIB
Foto: AP/Matthew Brown
Jakarta -

Investasi senilai US$ 2 Miliar untuk mendukung Zero Flaring 2030 dan Dekarbonisasi value chain dari industri minyak dan gas di Indonesia ditandatangani Norico International dan Mirah Green dalam acara Indonesia Net Zero Summit, Forum Investasi B20 sebagai rangkaian acara G20 Summit 2022.

Perjanjian yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Direktur Norinco International Wan Xiaobing dan Pendiri Mirah Green Kadafi Yahya disaksikan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadiala serta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Arsjad Rasjid sebagai Host dari B20 tahun 2022.

Target dari investasi senilai US$ 2 Miliar itu dalam rangka mendukung Indonesia mencapai target Zero Flaring 2030 dan juga mengurangi impor energi Indonesia yang akan berdampak pada Dekarbonisasi Industri Minyak.

Dengan kata lain, kelebihan produksi gas alam yang selama ini dibakar menjadi api pijar demi keamanan, dapat ditekan hingga 0. Semuanya bisa diserap dengan baik untuk kebutuhan konsumsi dan produktif.

Investasi itu juga sebagai upaya mendukung Pemerintah Indonesia untuk memberikan pasokan energi ke daerah-daerah terpencil dan terutama untuk mendorong perkembangan ekonomi di daerah-daerah.

Perjanjian tersebut merupakan satu dari 16 perjanjian penting yang ditandatangani selama rangkaian acara Net Zero Summit. Beberapa perusahaan Multinational yang berpartisipasi dalam acara penandatanganan tersebut adalah Mastercard, Halliburton, Atilium, Terra, Canadian Commercial Corporation, GSM System, Unity Technology, Mitsubishi, Keppel, Fasset Technology, Chevron, USAID dan lainnya.

"Proyek Pertama dari investasi senilai 2 Milyar Dolar Amerika tersebut telah dimulai dimana Fase Pertama akan mulai operasi pada Januari 2023, dan Fase Kedua akan dimulai pada awal 2024," ujar Wan Xiaobing.

Fase Pertama Proyek Pertama akan berdampak pada pengurangan emisi karbon dengan Zero Flaring di lokasi Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Selanjutnya,Fase Kedua Proyek Pertama akan mengurangi karbon emisi dengan melakukan dekarbonisasi beberapa value chain dari industry minyak dan gas pada lokasi tersebut.

Proyek Pertama ini didukung oleh PT Indonesia Infrastructure Finance (IFF), sebagai bagian dari International Finance Corporation (IFC), Asian Development Bank (ADB), KWF(Kreditstanlt fur Wiederaufbau), dari Jerman, SMBC (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) dan PT Sarana Multi Finance Indonesia (SMI) suatu badan usaha milik negara di bawah Kementerian Keuangan Indonesia.

Norinco International adalah bagian dari Norinco Group yang merupakan Perusahaan peringkat 136 dari 150 Perusahaan Teratas Dunia menurut Fortune 500. Norinco secara aktif melakukan investasi, pengembangan, dan pembangunan green economy di lebih dari 50 negara. Investasi lebih dari € 200 juta pada Proyek pembangkit tenaga angin tetap menjadi investasi terbesar dari green energy di Kroasia.

Operasi Energi Terbarukan Norinco telah mencapai lebih dari 1000 MW dari Tenaga Matahari (Solar Power), Tenaga Air (Hydro Power), Tenaga Angin (Wind Power) dan Biomass.

Norinco juga mengembangkan teknologi EV Bus di daerah bekerjasama dengan Pabrik Manufaktur di Bangkok untuk memproduksi 10 EV Bus/ hari. Norinco memberikan perhatian khusus dalam Pembangkit Tenaga Air, Pembangkit Tenaga Solar, Pembangkit Gas Bumi, dan pengembangan pabrik Bus dan Truk Elektrik in Indonesia

Sedangkan Mirah Green, didirikan oleh Kadafi Yahya, social entrepreneur yang terlibat aktif dalam Bisnis Koperasi terbesar di Indonesia yang berfokus pada kegiatan Simpan Pinjam untuk ribuan anggotanya, dengan Portfolio tersebesar saat ini senilai lebih dari US$ 500 Juta. Lebih dari 20 tahun, Kadafi Yahya telah membiayai ribuan anggota yang memiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya, dimana mayoritas UMKM tersebut berada di Pulau Jawa.

Kadafi Yahya juga telah banyak membantu UMKM yang belum dapat menerima pinjaman dari bank untuk bisa meningkatkan usahanya dan mendapatkan pinjaman dari bank jauh sebelum bisnis peer to peer lending (p2p) merambah sektor UMKM.

Dilatarbelakangi semangat untuk membangun hal-hal yang dapat berdampak besar kepada masyarakat, Kadafi Yahya juga tertantang oleh situasi karbon di dunia dan mencari cara untuk mengurangi hal tersebut. Beliau telah membangun sistem value chain dan teknologi pendukungnya untuk dapat mengubah emisi menjadi objek lain yang berguna.




(ada/dna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork