Sementara menyangkut pemilihan China sebagai mitra, Luhut mengatakan, pertimbangannya tidak terlepas dari rekam jejak perusahaan. Dalam hal ini, ia menyoroti Zhejiang Huayou Cobalt Company sebagai perusahaan yang tengah bekerja sama dengan Vale Indonesia dalam membangun smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
"China (Huayou) ini internasional. Dia ini sudah ada dengan BMW, sudah ada juga dengan VW. Jadi kita nggak lihat dari mana (negara) dan teknologinya sangat advance," ujar Luhut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengaku tak masalah bekerja sama dengan negara manapun selain China, dalam proyek smelter nikel ini. Kerja sama terbuka untuk semua pihak yang berminat, sepanjang bisa saling menguntungkan.
"Ya mana saja, mana saja boleh. Kemarin datang juga dari Jepang. Kita juga ajak kalau dia (calon mitra lain) ada. Nggak ada masalah. Buat kita, sepanjang saling menguntungkan dan tidak mengatur kita," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Jusuf Kalla sempat melontarkan kritik pedas menyangkut banyaknya pekerja asing asal China yang muncul di proyek-proyek smelter pengolahan nikel.
"Ini (Indonesia) daerah kaya nikel, tapi yang kerja semua China, dari daratan sampai tukang las," ujar pria yang akrab disapa JK itu dalam peringatan HUT 70 Tahun Kalla Group, di Grand Ballroom Kempinski Jakarta Pusat, Jumat (28/10/2022).
Luhut pun juga sempat menepis pernyataan tersebut dalam momentum acara gerakan #DemiIndonesia detikcom. Ia menjelaskan, waktu masa konstruksi smelter nikel memang diakui banyak pekerja dari China pada tahun 2014. Sementara sekarang sudah banyak orang dari Indonesia.
"Kalau waktu konstruksi dulu awal-awal 2014 ya, sekarang sudah banyak orang Indonesia pergi saja lihat ke sana," jelasnya, di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
(ara/ara)