Gas bumi dinilai punya peranan vital dalam mengurangi penggunaan bahan bakar minyak di sektor transportasi ataupun batu bara di sektor pembangkit listrik yang masih tinggi. Pemanfaatan gas secara optimal juga memiliki kelebihan dibandingkan energi fosil lain, karena rendah emisi dan lebih ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menilai penting peran energi fosil, terlebih di masa transisi energi menuju target nol emisi atau net zero emission pada 2060.
"Minyak bumi masih menjadi sumber energi utama dan dalam banyak hal masih menopang kebutuhan dalam negeri kita yang masih tinggi. Pemanfaatan gas akan memainkan peran kunci dalam menjembatani transisi kita menuju EBT (energi baru terbarukan)," ujar Dadan dalam keterangan tertulis, Rabu (30/11/2022).
Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi panel 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 yang diselenggarakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Kamis (24/11) lalu.
Dadan menjelaskan permintaan energi primer dari gas diprediksi akan terus meningkat, dan mencapai puncaknya pada 2050 saat konsumsi gas naik 11 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2022. Dalam Skenario NZE sekalipun, permintaan energi primer dari gas diproyeksikan terus meningkat hingga 2045 sebesar 71 MTOE.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gas akan mendukung kebutuhan industri, angkutan umum, dan rumah tangga melalui gas kota," katanya.
Di samping itu menurutnya gas juga ikut membantu mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel melalui program konversi solar. Karena itu, pihaknya berencana mengganti 304 megawatt (MW) pembangkit listrik tenaga diesel yang terpasang menjadi PLTG. Gas bumi juga dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif non-karbon seperti hidrogen dan amonia.
"Kami melihat potensi besar penggunaan bahan bakar ini sebagai pengganti bahan bakar fosil konvensional atau untuk diintegrasikan melalui sistem co-firing," ujarnya.
Efisiensi penggunaan gas ini diwujudkan melalui program jaringan gas kota. Diketahui sampai dengan 2021, Kementerian ESDM telah memasang gas kota untuk 799 ribu rumah tangga. "Ini akan diperluas lagi tahun ini hingga mencapai 839 ribu rumah tangga," jelas Dadan.
Pemerintah juga mendorong pemanfaatan Compressible Biomethane Gas (Bio-CNG) menjadi alternatif CNG karena karakteristik dan nilai kalor yang mirip. Pemerintah juga tengah menjajaki pasar untuk komersialisasi Bio-CNG agar lebih menarik bagi badan usaha. Mengingat saat ini Bio-CNG masih digunakan secara internal oleh perkebunan kelapa sawit untuk operasional kendaraan dan keperluan memasak.
"Saat kita melewati transisi ini, pengembangan EBT dan konservasi energi dapat diintegrasikan dengan industri migas yang sudah ada atau sedang berkembang," katanya.
Klik halaman selanjutnya >>