RI Targetkan Bebas Emisi Karbon 2060, Bakal Say Good Bye To Migas?

ADVERTISEMENT

RI Targetkan Bebas Emisi Karbon 2060, Bakal Say Good Bye To Migas?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 22 Des 2022 16:46 WIB
Harga Minyak Jatuh, Laba Perusahaan Migas Anjlok
Ilustrasi/Foto: BBC
Jakarta -

Pemerintah menggenjot transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Namun sayangnya, Indonesia masih sangat ketergantungan dengan energi fosil.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, penggunaan energi fosil masih sangat dominan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dalam skala global. Hal ini bahkan terlihat dari target bauran EBT nasional pada 2050 yang hanya 31%.

"Hari-hari ini, fosil masih menjadi urat nadi utama ekonomi RI. Maka dari, itu untuk mencapai itu, yang mau kita tekan adalah emisinya. Ini mau masuk EBT jangan-jangan migas mau ditinggalkan? Hampir muskil saya tekankan, meninggalkan migas," katanya dalam Forum Transisi Energi yang disiarkan dari saluran YouTube Humas SKK Migas, Kamis (22/12/2022).

Menurutnya, migas tetap perlu dimanfaatkan, hanya saja tidak sebagai energi primer secara langsung, melainkan dalam bentuk sudah diolah. Ketergantungan inilah yang juga membuat target pemerintah bukannya pada penghentian minerba, tetapi lebih kepada menekan angka emisi serendah-rendahnya.

"Fosil memang kita tetap akan tergantung dari fosil. tetapi pemanfaatannya harus ditekan serendah-rendahnya emisinya," ucapnya.

Salah satu yang juga ia soroti juga ialah pemanfaatannya di sektor transportasi dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM). Sugeng mengatakan, konsumsi BBM masih sangat jauh dari EURO 4.

"Dalam konteks NZE itu masih harus dikoreksi. BBM kita harus menuju RON tinggi yang disebut EURO 4. Itu adalah RON 98, adalah Pertamax Plus atau Pertamax Turbo bahkan," ucapnya.

Di sisi lain, dirinya menyadari kini masyarakat bertumpu pada penggunaan Pertalite dengan oktan 90. Sedangkan, kandungan karbon dan sulfurnya masih sangat tinggi. Kondisi ini pun menambah jajaran PR besar pemerintah dalam mencapai NZE 2060.

"Problem-nya adalah persoalan daya beli masyarakat sehingga hari ini yang dominan adalah RON 90," kata Sugeng.

(ara/ara)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT