Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menyetop ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini. Rencana ini disampaikan Jokowi setelah sebelumnya mengumumkan akan menyetop ekspor bauksit di Juni 2023.
"Meski ditakuti masalah nikel kalah di WTO kita tetap terus, justru kita tambah setop bauksit. Kemudian tengah tahun kita tambah akan setop tembaga," sebut Jokowi dalam Peringatan HUT PDIP ke-50, Selasa (10/1) lalu.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki potensi tembaga yang sangat besar. Indonesia berada di urutan ke-7 yang memiliki cadangan tembaga terbesar di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Booklet Tambang Tembaga 2020 yang mengolah data USGS 2020, Kamis (12/1/2023), total cadangan tembaga dunia sebesar 871 juta ton. Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan tembaga terbesar ke-7 di dunia yang artinya berperan penting dalam penyediaan bahan baku tembaga dunia. Indonesia memiliki porsi 3% cadangan tembaga dunia atau sebanyak 28 juta ton.
Sementara itu, cadangan terbesar dunia yakni Chili dengan porsi 23%. Kemudian disusul Peru 10%, Australia 10%, Rusia 7%, Meksiko 6%, Amerika Serikat (AS) 6%.
Berikutnya, dari sumber ICSG & DBS Bank 2018 yang diolah, dengan cadangan bijih tembaga Indonesia 2,6 miliar ton dan produksi 100 juta ton per tahun, maka umur cadangan diperkirakan yakni 25 tahun atau sampai 2045. Itu dengan asumsi cadangan tetap dan produksi bijih dari tahun tahun 2024 tetap.
Lebih lanjut, mengacu data USGS 2020 yang diolah, Indonesia merupakan produsen tambang tembaga urutan ke-11 di dunia. Total produksi tembaga dunia di tahun 2019 tercatat 20,3 juta ton. Sementara, produksi tembaga Indonesia tercatat 340 ribu ton.
Di atas Indonesia ada Chili 5,6 juta ton, Peru 2,4 juta ton, China 1,6 juta ton, Kongo 1,3 juta ton, dan AS 1,3 juta ton. Lalu, ada Australia 960 ribu ton, Zambia 790 ribu ton, Meksiko 770 ribu ton, Rusia 750 ribu ton, dan Kazakhstan 700 ribu ton.
Komoditas ini sendiri termasuk komoditas yang penting. Sebab, digunakan di berbagai sektor. Tercatat, komoditas tembaga secara global sebanyak 31% untuk equipment (produk elektronik), 30% untuk building construction (konstruksi bangunan) dan 15% untuk infrastruktur. Berikutnya, sebanyak 12% untuk transportasi dan 12% untuk industri.
"Kebutuhan tembaga didominasi untuk equipment (produk elektronik) dan building construction," tulis Kementerian ESDM dalam booklet tersebut.
Dalam booklet itu disebutkan, adapun faktanya rata-rata rumah membutuhkan 180 kg tembaga. Kemudian, 80% tembaga yang pernah diproduksi masih digunakan sampai sekarang.
Fakta lain, tembaga sangat penting untuk kendaraan listrik. Selanjutnya, China merupakan negara yang mengkonsumsi 48% tembaga dunia.
(acd/das)