Pemerintah akan melelang wilayah kerja (WK) D Alpha pada bulan depan bertepatan dengan event Indonesian Petroleum Association (IPA). WK ini merupakan WK raksasa di mana sumber daya gasnya diproyeksi 2,5 kali lebih besar dari Blok Masela.
Namun demikian, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, untuk mengembangkan blok ini bukan tanpa tantangan. Sebab, WK ini berada di perbatasan Indonesia yang berisiko memiliki permasalahan yang bersifat politis.
"Itu sangat politis soalnya," katanya di Kompleks DPR Jakarta, Rabu (14/6/2023).
"Karena itu di perbatasan itu dan dulu bekasnya perusahaan Amerika, dulu kan Exxon, juga kalau begitu yang masuk Rusia, China, Amerika balik lagi nggak?" sambungnya.
Tantangan lain ialah karena blok memiliki kandungan CO2 yang sangat besar. Bahkah, kandungan CO2-nya diperkirakan sebesar produksi gas nasional.
"Nanti kalau produksi itu skala maksimal, produksi CO2 nya sebesar produksi gas nasional seluruh Indonesia, sekitar 6,5-6 billion. Jadi gede banget CO2-nya, harus perusahaan besar kan berarti kan, gasnya mungkin bersihnya 3, itunya 5 CO2-nya," katanya.
Sebelumnya, Tutuka pernah menyampaikan, WK D Alpha mulanya merupakan bagian dari WK East Natuna. WK East Natuna kemudian dibagi tiga yakni East Natuna, D Alpha dan Paus.
Dia menyebut, sumber daya gas di blok tersebut 2,5 kali lebih besar dari Blok Masela.
"Nanti pas IPA kita launching, ini 46 TCF (trillion cubic feet) perkirakan kita 2,5 kalinya Masela, bayangin," katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (30/5) lalu.
(acd/rir)