PT PLN Indonesia Power menyebutkan penonaktifan PLTU Suralaya tidak memberikan dampak terhadap penurunan polusi di Jakarta. Sebab PLTU Suralaya telah menerapkan sejumlah teknologi untuk mengendalikan emisi di setiap produksinya.
General Manager PLN Indonesia Power Suralaya PGU (Power Generation Unit) Irwan Edi Syahputra Lubis mengatakan meskipun PLTU Suralaya sebagian unitnya ditutup namun angka polusi tetap masih tinggi. Bahkan angka penurunan polusi terlihat menurun ketika masyarakat menerapkan sistem kerja work from home (WFH). Meskipun begitu pihaknya tetap terus mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan.
"Kita dapati polusi di Jakarta saat ini itu bukan berasal dari PLTU. Jadi tidak ada kontribusi dari PLTU Suralaya," kata Irwan saat ditemui kepada wartawan di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten, Selasa (5/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kondisi tersebut didasari karena PLTU Suralaya telah menerapkan sejumlah teknologi untuk mengendalikan emisi. Hal itu pun turut didukung oleh kajian akademis dari Prof Puji Lestari asal ITB.
"Jadi kalau dilihat dari peta arah angin itu cenderung dari Barat Laut menuju Barat Daya memang dari situ ketahui tidak ada kontribusi terhadap polusi Jakarta khususnya di bulan Agustus lalu," jelasnya.
Ia mengatakan untuk mengendalikan emisi setiap produksi, pihaknya telah memanfaatkan sejumlah teknologi seperti Electrostatic Precipitator (ESP), Low NOx Burner, dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS).
Menurutnya, lewat sejumlah teknologi tersebut membuat emisi partikulat di PLTU Suralaya 1-7 dapat selalu terjaga di bawah ambang batas peraturan yang berlaku. Adapun peraturan tersebut mengacu pada Permen LHK No: P.15/2019. Bahkan dalam periode 2020-2023 pihaknya mencatat di bawah baku mutu: 100 mg/Nm3.
"Pembangkit kita ini sudah dilengkapi dengan (teknologi) pengendali emisi seperti ESP. Itu untuk mengendalikan partikulat dan juga ESP ini sudah di-instal sejak pembangkit ini berdiri. Dan kita menerapkan menggunakan peralatan Low NOx Burner untuk memastikan emisi itu dalam kondisi sesuai baku mutu," tuturnya.
Tak hanya itu, ia mengatakan pihaknya juga terus berupaya agar pengoprasian PLTU Suralaya tetap memberikan kontribusi terhadap lingkungan. Sejumlah inovasi pun dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan limbah-limbah kayu serbuk gergaji.
"2020 Suralaya sudah membangun terobosan-terobosan. Pertama itu kajian terkait kemungkinan biomass terutama limbah-limbah penggergajian kayu. Jadi di tahun lalu, sejak 2021, kita sudah melakukan cofiring biomass terutama dari serbuk gergaji. Kalau ditotal dari 2022 kita menggunakan 132 ribu ton serbuk kayu," ungkapnya.
Pihaknya pun turut menggandeng sejumlah pihak seperti Pemerintah Kota Cilegon untuk memanfaatkan sampah dari TPS Bagendung sebagai bahan bakar jumputan padat untuk mencampur batu bara.
"Tahun lalu kita sudah (memanfaatkan 132 ribu metrik ton jadi sangat banyak. Tahun ini (ditarget lebih) 150 ribu metrik ton," tutupnya.
Sebagai informasi tambahan, beragam upaya pengendalian emisi tersebut pun telah diakui oleh Kementerian LHK lewat penghargaan Proper. Bahkan PLTU yang memiliki kapasitas 3.400 Mega Watt (MW) meraih Proper Emas di tahun 2022.
Selain penghargaan dalam negeri, pihaknya pun turut mendapatkan penghargaan bidang lingkungan dari kancah internasional seperti Asean Energy Awards 2023.
(akn/ega)