Deal! Singapura Bakal Beli Listrik 2 GW dari RI

Deal! Singapura Bakal Beli Listrik 2 GW dari RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Sabtu, 09 Sep 2023 10:30 WIB
Tak ada yang tak mengenal patung merlion. Tak hanya menjadi ikon nasional, merlion pun menjadi daya tarik andalan pariwisata Singapura, tepatnya di Merlion Park
Singapura/Foto: Pradita Utama

Medco-Adaro di Balik Ekspor Listrik

Konsorsium Pacific Medco Solar Energy menjadi salah satu yang bakal berpartisipasi. Konsorsium ini terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Pacific Light Energy Singapura, dan Gallant Venture Singapura.

Kemudian, ada dua perusahaan lain yang berpartisipasi mengekspor listrik ke Singapura, yaitu PT Adaro Energy Indonesia dan juga PT Energi Baru TBS. Sementara itu di pihak Singapura ada lima perusahaan yang bakal ikut berpartisipasi dalam rencana impor listrik ini, mulai dari Seraphim Solar System, LONGi Solar Technology, IDN Solar Tech, Sungrow Power Supply, dan Huawei Tech Investment.

Kembali ke Tan See Leng, dia juga menjelaskan hingga 2035 negaranya bakal mengimpor 4 GW listrik rendah karbon. Dari jumlah tersebut, 50% kebutuhannya dipenuhi dari Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan bukti kemitraan erat antara dua negara besar di Asia Tenggara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Faktanya, bahwa setengah dari jumlah tersebut akan berasal dari Indonesia merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif," pungkas Tan See Leng.

Syarat Ekspor Listrik

Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) mengungkapkan syarat bagi Singapura bila ingin mengimpor listrik dari Indonesia. Syarat utamanya adalah developer panel surya dan baterai dari Singapura harus membuat pabrik di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenkomarves Rachmat Kaimuddin menjelaskan dalam perjanjian yang diteken antara pemerintah Indonesia dan Singapura dijelaskan seluruh alat yang digunakan untuk menghasilkan listrik rendah karbon yang diminta Singapura harus memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi.

"Persyaratan yang kita buat dalam MOU G-to-G antara Indonesia dan Singapura adalah solar panel harus penuhi TKDN requirement dari Indonesia. Misalnya TKDN 60% maka harus dilaksanakan di Indonesia pabriknya, nanti pabriknya di manapun bisa di Batam, Jawa," ungkap Rachmat dalam konferensi pers penutupan acara ISF 2023.

Secara umum, syarat ini dengan sendirinya akan membentuk industri panel surya sendiri di Indonesia. Investasi besar pun kemungkinan bisa masuk ke dalam negeri dalam pengembangan listrik rendah karbon. Namun, ketika ditanya berapa potensi investasinya, Rachmat enggan menjawab.

Dengan industri panel surya yang terbangun, Rachmat juga mengatakan Indonesia mendapatkan keuntungan karena kebutuhan panel surya dapat dipenuhi langsung dari dalam negeri.

"Kemarin juga dilaporkan, PLN mereka juga berniat meningkatkan penggunaan solar panel maka industrinya bisa terbentuk dan menguntungkan kita," ujar Rachmat.

Ketika ditanya kapan ekspor listrik ini bisa direalisasikan, Rachmat mengatakan bisa jadi paling lambat 2026. "Kalau mulainya mungkin 2026 atau 2027 ya," pungkasnya.


(hal/ara)

Hide Ads