PT Pertamina (Persero) terus berupaya untuk mempercepat target Net Zero Emissions (NZE) lewat sejumlah strategi. Adapun strategi tersebut mencakup pengembangan green hydrogen, peningkatan kualitas SDM, dan kolaborasi banyak pihak.
Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah petinggi PT Pertamina (Persero) di ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Jakarta.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan langkah itu dilakukan karena setiap negara memiliki titik awal berbeda dalam melakukan transisi energi. Menurutnya, Indonesia memiliki modal yang cukup besar untuk melakukan transisi energi lewat pemanfaatkan energi yang sudah ada. Serta melakukan pengembangan energi bersih yang cukup potensial seperti hydrogen.
"Setiap negara memiliki starting point yang berbeda. Kita menuju net zero emission semua negara komit dengan itu. Tapi kita memiliki starting point yang berbeda maka pathway-nya berbeda," kata Nicke dalam keterangannya, Sabtu (9/9/2023).
Ia pun turut mengingatkan untuk melakukan peningkatan kualitas SDM, perlu adanya kolaborasi dan tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja.
"Memang PR (pekerjaan rumah) kita semua menyiapkan tenaga kerja yang bisa dengan future energy kita jadi itu yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama," kata Nicke dalam keterangannya, Sabtu (9/9/2023).
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Power & New Renewable Energy/NRE (PT Pertamina Power Indonesia) Dannif Danusaputro mengatakan untuk mencapai hal tersebut pihaknya juga tengah mengembangkan green hydrogen.
"Karena di dalam energi transisi ini banyak potensi new energy seperti green hydrogen yang harus dilakukan investasi awal," tutur Dannif.
Green hydrogen adalah hidrogen yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, banyu, atau air (hydro). Ia mengakui meskipun saat ini, sektor tersebut belum komersial, namun hal itu bisa menjadi energi baru yang menghadirkan manfaat.
"Kita tahu sekarang belum economical, tapi kita tahu hydrogen ini akan menjadi energi baru yang bisa memberikan katalis atau solusi untuk sektor-sektor yang susah di dekarbonisasi seperti long range transportation, heavy equipment energy, termasuk di heavy industry ini belum ada solusinya," tutupnya.
Untuk mempercepat target NZE, Pertamina pun turut mengajak sejumlah pihak untuk melakukan kolaborasi. Bahkan Pertamina gencar melakukan kolaborasi dengan banyak pihak di momen AIPF KTT ke-43 ASEAN.
"AIPF ini momentum yang sangat baik buat energi transisi proses di Indonesia, terutama di Pertamina karena dalam proses menuju transisi ini kita perlu ber-partner. Kita tidak bisa lakukan sendiri. Juga partnernya itu tidak hanya lokal tapi juga regional dan internasional. Di sini kita bisa lebih banyak lagi membuka potensi partnership karena energi transisi ini tidak hanya membutuhkan funding biaya yang sangat besar tapi perlu partnership yang memiliki teknologi karena itu sangat penting sekali," tutupnya.
(akd/akd)