Menurut Luhut, saat ini Pertamina sendiri tengah berupaya untuk melakukan pengerjaan pembangunan proyek kilang baru tersebut. Namun, Final Investment Decision (FID) atau keputusan final investasi yang dilakukan dengan perusahaan Rusia Rosneft tak kunjung dilakukan.
"Ya sekarang lagi dikerjakan mereka (Pertamina), ada beberapa (investor lain) yang ingin masuk ke sana," kata Luhut usai mengisi Seminar Nasional IKAXA 2023, Kamis (14/9/2023).
Luhut sempat ditanya apakah sanksi dari negara barat ke Rusia dapat mempengaruhi progres proyek ini. Namun, dia enggan mengomentari hal itu. "Rusia yang tahu," katanya.
Dalam catatan detikcom, Kilang NGRR Tuban masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Kilang itu diproyeksikan akan menjadi salah satu kilang terbesar Indonesia dan menghasilkan produk BBM berkualitas seperti gasoline, diesel, dan avtur hingga 229 ribu barel per hari.
Proyek ini dikerjasamakan Pertamina dengan pihak Rosneft asal Rusia. Kedua pihak membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk menjalankan usahanya. Dalam usaha patungan ini (joint venture), kepemilikan saham Pertamina 55% dan Rosneft 45%.
Proyek NGRR Tuban akan memproduksi bahan bakar minyak yang berkualitas Euro V. Kilang minyak di Tuban ini diperkirakan akan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barel per hari.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman menegaskan proyek tersebut tetap akan jalan terus. Dia pernah mengatakan di kuartal III tahun ini, FID atau final investment decision bisa tercapai.
"Kuartal III 2023 ini kita inginnya FID. Di luar gonjang ganjing geopolitik. Kita fokus di situ aja. Kan proyek ini harus ekonomis untuk 2 pihak," ungkap Taufik ditemui di sela-sela 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022, Nusa Dua Bali, Kamis (24/11/2022) yang lalu.
(hal/das)