Maskapai Penerbangan Khawatir Harga Avtur Naik Gegara Konflik Hamas-Israel

Maskapai Penerbangan Khawatir Harga Avtur Naik Gegara Konflik Hamas-Israel

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 27 Okt 2023 14:44 WIB
Pengisian avtur
Ilustrasi pengisian avtur pesawat - Foto: dok. Pertamina
Jakarta -

Harga minyak dunia saat ini tengah dibayang-bayangi oleh Perang Hamas-Israel. Kondisi ini membuat harga minyak mengalami fluktuasi, hingga dikhawatirkan akan mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.

Industri penerbangan menjadi salah satu yang bakal terkena imbasnya. Presiden Direktur Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi mengatakan, kondisi geopolitik jelas akan berdampak pada harga avtur. Meski demikian, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah strategi dalam mengantisipasi kondisi ini.

"Kalau avtur pasti semua akan terdampak mulai dari Rusia-Ukraina, Timur-Tengah," kata Daniel, ditemui usai Seminar Hari Penerbangan Nasional di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (27/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain perang, kini beban operasional maskapai bertambah karena adanya pelemahan nilai tukar rupiah ke dolar yang sudah hampir menyentuh Rp 16.000. Daniel mengatakan, salah satu langkah yang dilakukannya dalam mengantisipasi kondisi ini ialah pendekatan ke pemerintah.

"Jangan sampe beban terlalu berat di industri penerbangan. Karena kalau misalnya komponen paling besar untuk pesawat itu kan bahan bakar, kita aja nggak sanggup beli, otomatis dengan harga yang diatur pemerintah kita nggak sanggup gerak, kita nggak bisa jalan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, masalah pemerataan harga avtur juga mendapat sorotan di industri penerbangan. Daniel mengatakan per hari ini harga avtur di Jakarta tembus Rp 15.027/liter. Perbedaannya cukup jauh dibandingkan dengan di Semarang yang tembus sekitar Rp 17.000/liter. Begitu pula dengan di daerah lainnya, semakin ke timur marginnya semakin besar dan mahal.

"Di pesawat kan kita tidak bicara 100 liter, sekali mengisi pesawat saya ke Surabaya 8.000 liter, dikali selisih Rp 2.000 saja itu sudah cost. Nanti ke Papua selisih Rp 3.000," ujarnya, dalam paparannya di seminar tersebut.

Kondisi ketidakmerataan harga avtur ini mendatangkan tantangan tersendiri bagi para pengusaha maskapai. Sejumlah maskapai akan memilih untuk mengisi avtur di Jakarta demi menekan beban biaya bahan bakar, namun di sisi lain pesawat juga akan membuang sebagian bahan bakar perjalanannya.

"Tapi kalau mengisi di sana (di luar Jakarta), konsekuensi lebih mahal. Ini simalakama," ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap ke depan pemerintah dapat mencarikan solusi dalam rangka pemerataan harga avtur di Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi beban operasional industri yang kian besar.

Sebagai tambahan informasi, pada hari Senin kemarin harga minyak dunia sempat naik di atas US$ 91 per barel karena upaya diplomatik untuk mengatasi krisis di Timur Tengah semakin intensif. Namun tak lama berselang harganya kembali jatuh di kemudian hari, di bawah US$ 90 per barel.

Meski demikian, kekhawatiran akan adanya perluasan eskalasi masih menghantui industri. Apabila hal tersebut terjadi, bisa-bisa harga minyak dunia melambung hingga US$ 100. Baik Israel maupun Gaza bukanlah pemasok minyak yang signifikan, namun risiko terhadap pasar minyak dinilai akan meningkat jika konflik meluas.

(shc/kil)

Hide Ads