Serangan dari Israel tak henti ke Gaza, Palestina. Sudah tak terhitung bangunan yang hancur, banyak korban berjatuhan, krisis makanan hingga bahan bakar tentu tak terelakkan.
Namun, kondisi itu tak memudarkan semangat dan rasa kemanusiaan seorang dokter di Gaza, Hassan Zain Al-Din. Bahkan sekalipun di tengah jalan kendaraannya kehabisan bahan bakar minyak (BBM).
Saat kehabisan BBM, dia tak berhenti. Al-Din memutuskan membeli sepeda agar tetap bisa mengobati korban di sejumlah lokasi dari rumah sakit dan pengungsian.
Al-Din mengatakan dia menggunakan sepeda itu untuk melakukan perjalanan lebih dari 9 mil atau setara 14 kilometer (km) bolak-balik antara Pusat Penyakit Kronis, menemui pasiennya di sekolah-sekolah PBB dan tempat penampungan sementara.
Sepeda sebagai satu-satunya transportasi yang digunakan. Al Din mengaku banyak mendapati kesulitan di perjalanan. Puing dari gedung yang hancur banyak yang menutupi jalanan, sehingga dia harus membopong sepedanya.
"Salah satu kendalanya adalah jalannya sendiri. Terkadang ada pemboman dan jalan rusak sehingga saya harus memanggul sepeda di bahu dan berjalan jauh hingga melewati reruntuhan dan kehancuran dan mencapai jalan yang layak," katanya kepada Reuters dalam bahasa Arab, dikutip dari CBS News, Sabtu (4/11/2023).
Al-Din juga menceritakan pengalamannya saat mobilnya kehabisan BBM, sehingga dia harus berlindung di sebuah pengungsian di Bureij. Di kawasan itu serangan yang datang tak berhenti.
Menurut Badan Pengungsi Palestina PBB, hampir 50 bangunan dan aset organisasi tersebut terkena dampak perang sejak perang dimulai pada 7 Oktober,.
"Kebanyakan orang meninggalkan obat-obatan mereka di bawah reruntuhan, jadi kami harus mengunjungi mereka di sekolah dan memeriksanya serta memberi mereka pengobatan untuk penyakit kronis, terutama bagi mereka yang menderita tekanan darah dan diabetes karena mereka lebih mungkin meninggal," katanya.
Al-Din mengatakan saat ini di Gaza tidak ada aksesibilitas, tidak ada transportasi, dan tidak ada bahan bakar. Hal itu disebut menjadi rintangan untuk menuju rumah sakit jika kondisinya memburuk.
Meski begitu, Al-Din meyakini semua dokter di Gaza tak akan berhenti untuk menangani para korban. Walaupun banyak rintangan yang harus dilalui di tengah bertubi-tubinya serangan dari Israel.
"Tidak ada dokter di Gaza yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal ini dan bahkan lebih dari itu. Mereka memutus bahan bakar, air dan listrik kami, namun tidak termasuk barang milik kami," ucapnya.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 9.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak telah meninggal dunia di Gaza. Pihak berwenang Israel mengatakan 1.400 orang lainnya baru meninggal dan sebagian besar warga sipil yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
(ada/ara)