Kejar Target Nol Emisi Karbon, ASEAN Butuh Energi Terbarukan 1.100 GW!

Kejar Target Nol Emisi Karbon, ASEAN Butuh Energi Terbarukan 1.100 GW!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 15 Nov 2023 18:05 WIB
Guna mendukung zero emisi, perusahaan ini membangun solar panel berkapasitas 50 MW dan bakal menjadi instalasi terbesar di Indonesia yang dibangun swasta. Ini potretnya.
Ilustrasi energi terbarukan. Foto: dok. April Group
Jakarta -

Investasi sektor energi terbarukan dinilai dapat mengurangi emisi CO2. Investasi tersebut juga dapat mengurangi biaya listrik secara keseluruhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Anders Lindberg, Presiden WÄRTSILÄ ENERGY & Wakil Presiden Eksekutif WÄRTSILÄ mengatakan, dibutuhkan kapasitas energi terbarukan sebesar 1.100 GW di seluruh Asia Tenggara dalam 30 tahun mendatang.

"Jalan menuju net zero merupakan sebuah pendakian yang menanjak, yang membutuhkan penggunaan kapasitas energi terbarukan sebesar 1.100 GW di seluruh Asia Tenggara dalam 30 tahun mendatang. Sebagai gambaran, kita perlu menambahkan lebih dari 25 GW kapasitas tenaga surya dan angin setiap tahunnya hingga tahun 2050. Meskipun jumlah ini setara dengan seluruh kapasitas yang ada saat ini di kawasan ini, namun hal ini dapat dilakukan," ujarnya dalam keterangannya, dikutip detikcom Rabu (15/11/2023)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun ia menilai menambah energi terbarukan tanpa menambahkan fleksibilitas sama dengan jalan buntu menuju net zero emission. Terlebih energi terbarukan memiliki tantangan karena produksinya bersifat intermitten dan bervariasi.

"Energi terbarukan memiliki tantangan tersendiri karena produksi energinya bersifat intermiten dan sangat bervariasi. Oleh karena itu, energi tersebut perlu diimbangi dengan kapasitas yang fleksibel seperti mesin penyeimbang jaringan dan penyimpanan energi untuk memastikan daya yang stabil dan andal," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan, tahun lalu Wärtsilä membuat model sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik yang fleksibel dapat mendukung integrasi lebih banyak energi terbarukan.

"Tahun lalu, Wärtsilä membuat model sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik yang fleksibel dapat mendukung integrasi lebih banyak energi terbarukan. Dan ketika mempertimbangkan kemungkinan pajak karbon di masa depan, bauran energi yang hemat biaya dapat menurunkan tingkat biaya listrik sebesar lebih dari 20%," bebernya.

"Di Wärtsilä kami percaya bahwa net zero dapat terlaksana secara ekonomi, bahwa semua teknologi yang kita perlukan untuk mencapai net zero sudah ada, dan fleksibilitas adalah kunci untuk mewujudkan tujuan iklim kami yang berani," pungkasnya.

(das/das)

Hide Ads