Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berhasil terbang hingga 20,54% dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization sebesar Rp 48,4 triliun. Kenaikan ini merupakan akumulasi sejak perusahaan pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 11 Desember 2023.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi mengatakan, pihaknya terus menunjukkan resiliensi serta komitmennya dalam mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia. Pencapaian positif dalam kenaikan nilai saham ini menurutnya sebagai bukti kepercayaan pasar terhadap Perseroan.
"Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemajuan energi terbarukan, khususnya panas bumi di Indonesia, selama beroperasi kami mencoba untuk accelerate but realistically," kata Julfi, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (13/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun PGEO melakukan initial public offering (IPO) pada 28 Februari 2023. Julfi mengatakan, aksi korporasi ini menjadi yang ke-5 terbesar di bursa saham RI pada kala itu.
"Aksi korporasi terbesar ke-5 di bursa saham ini mencatatkan performa yang sangat baik dengan pendapatan Rp 9,05 triliun serta oversubscription hingga 3,81 kali," ujarnya.
Lebih lanjut Julfi mengatakan, selama beroperasi, Perseroan berhasil mengatasi tantangan akselerasi bisnis. Tantangan tersebut diatasi dengan melakukan perubahan model bisnis yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi Perseroan.
Selain itu, ekspansi juga menjadi prioritas utama Perseroan hingga dua tahun mendatang. Julfi mengatakan, PGE juga memiliki ambisi besar untuk menjadi 1 GW company yang akan tercapai pada tahun 2025.
"Dengan strategi quick wins dan penerapan teknologi co-generation di beberapa area, saat ini Perseroan sedang berproses untuk mencapai target tersebut, tentunya dengan bantuan optimalisasi value creation," tuturnya.
Lebih lanjut, PGEO juga berkolaborasi dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga untuk mendorong komersialisasi karbon dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE) pada bursa karbon Indonesia.
Sementara terkait komersialisasi karbon, Julfi menjelaskan, pada tahun ini PGE sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar USD 732 ribu. "Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia," ujar Julfi.
Di kancah global, pada tahun ini PGE semakin agresif melakukan ekspansi dengan bermitra bersama Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi 140 MW pada konsesi Longonot, Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC) untuk mengembangkan potensi panas bumi 3 x 100 MW pada konsesi Suswa, Kenya.
Perseroan juga telah membentuk Joint Venture Company (JVC) dengan Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. (Chevron) untuk mengembangkan WKP Way Ratai, Lampung. "Perusahaan yang diberi nama PT Cahaya Anagata Energy ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan," jelasnya.
Secara fundamental, Julfi mengatakan, pada tahun ke-17 ini Perseroan berada dalam posisi solid untuk terus berkembang. Hal ini dibuktikan dengan capaian laba bersih sebesar US$ 133,4 juta pada kuartal III-2023. Angka ini melampaui raihan laba sepanjang tahun 2022 yang pada saat itu mencapai US$ 127,3 juta.
Lihat juga Video: Bos Pertamina PIS Ungkap 4 Jurus Turunkan Emisi Karbon