Peran Biomassa buat Tekan Emisi Dunia, Pasokan RI Melimpah

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 19 Jan 2024 16:12 WIB
Ilustrasi Biomassa. (Foto: Istimewa/PLN)
Jakarta -

Bioenergi atau biomassa menjadi salah satu alternatif bagi komitmen dunia untuk mencapai net zero emission. Pelan tapi pasti, biomassa mulai mendapat perhatian dari masyarakat energi dunia. Walaupun biomassa tidak selalu mendapat cakupan yang sama dengan bentuk energi terbarukan lainnya, seperti tenaga surya dan angin, nyatanya biomassa sudah digunakan secara luas di seluruh dunia sebagai sumber energi terbarukan.

Pada tahun 2021, biomassa menyediakan sekitar 5% dari total penggunaan energi primer di Amerika Serikat. Di Inggris, ini adalah sumber listrik terbarukan terbesar kedua. Dan di UE, energi ini merupakan sumber utama energi terbarukan, menyumbang 60% dari total produksi.

Selanjutnya, Badan Energi Internasional (IEA) percaya bahwa bioenergi akan menghasilkan 30% dari seluruh produksi energi terbarukan pada tahun 2023. Mulai dari pembakar kayu di rumah-rumah pribadi, hingga pembangkit listrik tenaga biomassa industri berskala besar, sumber energi terbarukan ini akan memainkan peran penting dalam jalur dekarbonisasi. Namun, hal ini memerlukan lebih banyak tindakan dan pemikiran dibandingkan bentuk energi terbarukan lainnya , untuk memastikan bahwa prosesnya benar-benar terbarukan dan berkelanjutan.

"Perkembangan yang sangat menggembirakan. Orang sudah menjadi semakin sadar bahwa energi terbarukan memang sudah sangat pantas digunakan. Dan bioenergi atau biomassa menjadi salah satu energi terbarukan yang benar-benar bisa diandalkan," kata Ketua 1 Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Bobby Gafur Umar dalam keterangannya, Jumat (19/1/2024).

Menurut Bobby, sampah, limbah, dulu tak dipandang orang. Kini, keduanya bak emas yang terlambat didulang. Keduanya termasuk ke dalam kelompok bioenergi atau biomassa yang sudah menggiurkan banyak orang. "Maklum, ada tumpukan dolar di belakangnya," kata Bobby.

Lalu, mengapa harus biomassa/bioenergi? Menurutnya biomassa dapat membantu mengurangi impor bahan bakar dan membantu meningkatkan kemandirian energi negara. Peningkatan penggunaan biomassa dari limbah dapat mengurangi tingkat polusi di dunia dengan mengkonversi sampah menjadi sumber energi yang berguna.

Kebutuhan energi di Indonesia, menurut Bobby, masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil yang terbatas, sehingga mulai berpaling kepada energi terbarukan. Di Indonesia, penerapan energi terbarukan secara masif masih didominasi oleh Solar Photovoltaic (PV), sedangkan energi terbarukan lainnya seperti energi angin dan biomassa masih sangat minim. Dengan kondisi yang demikian, biomassa dapat menjadi salah satu primadona pengganti energi fosil seperti batu bara dan gas.

"Indonesia ini kaya-raya dengan aneka tanaman biomassa. Tapi, jangan lupa juga, kita harus menjaga suplai biomassa agar senantiasa sustain. Apalagi, kebutuhannya semakin besar," ujarnya.

Sayangnya, hingga kini pemanfaatan biomassa di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Padahal, Indonesia terkenal kaya-raya dengan aneka macam tanaman dan tumbuhan yang sangat mudah untuk dikelola dan diolah sebagai biomassa.

Sesungguhnya, Indonesia memiliki limbah biomassa dari sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan yang mencapai lebih dari 100 juta ton/tahun. Bahan baku ini mampu menghasilkan biogas sebesar 10 juta ton/tahun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan LPG masyarakat Indonesia. 11 juta hektar lahan HTI dapat dikonversi menjadi energi yang mampu menghasilkan biomassa sebesar 544 juta ton/tahun.

Bahan baku ini mampu menggantikan kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik sebesar 120 juta ton/tahun, sehingga PLTU Batubara dapat diubah menjadi PLTU Biomass. Pengolahan sampah kota di Indonesia sebesar 68 juta ton/tahun dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan kapasitas lebih dari 700 MW. Dengan menjalankan kebijakan ini, maka Indonesia akan menjadi Raja Energi Hijau Dunia.




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork