Upaya Perusahaan Tambang Kurangi Emisi Karbon & Dukung Transisi Energi

Upaya Perusahaan Tambang Kurangi Emisi Karbon & Dukung Transisi Energi

Inkana Izatifiqa R Putri - detikFinance
Rabu, 07 Agu 2024 18:46 WIB
Jakarta -

Pemerintah terus mendorong berbagai upaya dalam rangka menjaga lingkungan pada industri pertambangan, salah satunya menerapkan smart mining dalam proses dekarbonisasi.

Diketahui, dekarbonisasi merupakan proses mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan emisi gas rumah kaca (GRK). Sementara smart mining menggabungkan perkembangan IT untuk melakukan efisiensi energi demi menjaga keberlanjutan bisnis sekaligus kelestarian lingkungan di masa depan.

Sebagai perusahaan tambang dan metalurgi global asal Prancis yang beroperasi di Indonesia, Eramet turut mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk transisi energi. Environment & Permitting Expert Eramet, Novi Gusman menjelaskan secara global, Eramet berfokus pada mineral-mineral kritis, seperti nikel, mangan, litium, dan mineral sands. Di Indonesia sendiri, Eramet berfokus pada mineral kritis yang berfungsi untuk transisi energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi sudah ada kerja sama antara Eramet dan Kementerian ESDM untuk melakukan studi mencari mineral-mineral di Indonesia. Salah satunya, kita menjajaki potensi litium untuk mendukung proses transisi energi itu sendiri, khususnya industri electric vehicle," ujar Novi dalam talkshow Greentalk bertema 'Dekarbonisasi Pertambangan Melalui Penerapan Smart Mining' di detikPagi beberapa waktu lalu.

Novi mengatakan, Eramet juga membentuk CSR Roadmap bertajuk 'Act for Positive Mining', yang bertujuan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan di dalam siklus pertambangan. Dalam roadmap ini, dekarbonisasi menjadi salah satu upaya yang dilakukan Eramet dalam mewujudkan responsible mining.

ADVERTISEMENT

"Jadi salah satu upayanya adalah dengan dekarbonisasi. Eramet punya komitmen untuk mengurangi emisi karbon," ucap Novi.

"Success story-nya, di tahun 2019 hingga tahun 2022 ini secara global, kita berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 12%. Di tahun 2035, kita berkomitmen lagi untuk menurunkan emisi sebesar 40% dan mencapai karbon netral di tahun 2050," sambungnya.

Novi menambahkan, Eramet juga membentuk Research and Development (R&D) Centre dengan tim-tim ahli di dalamnya. Adapun tim ini diharuskan untuk mencari inovasi-inovasi strategis yang dapat mendukung upaya dekarbonisasi.

Dalam kegiatan eksplorasi tambang, Novi mengungkapkan Eramet menerapkan sistem drone guna menekan konsumsi bahan bakar fosil.

"Kalau kita di tambang itu ada yang namanya kegiatan eksplorasi, kita menggunakan drone untuk wilayah pertambangan yang tujuannya untuk mengurangi yang namanya konsumsi bahan bakar fosil tadi, jadi tidak ada emisi. Kita juga sedang dalam uji coba penggunaan electric vehicle, khususnya truk tambang untuk area operasional," jelasnya.

Selanjutnya, Eramet juga berkomitmen untuk diaudit sesuai dengan standar Initiative Responsible Mining Assurance (IRMA), yang saat ini merupakan standar internasional paling tinggi dan ketat untuk perusahaan tambang. Sebagaimana diketahui, IRMA merupakan koalisi multi-stakeholder dengan lebih dari 100 entitas, termasuk perusahaan pertambangan, perusahaan pembeli produk tambang, organisasi buruh, LSM, komunitas sekitar operasi, dan perusahaan di bidang investasi dan keuangan.

"Jadi ada standar internasional yang sudah diakui dan itu berkomitmen untuk melihat adanya implementasi dari good mining practice. Kita mengadopsi standar IRMA ini bersinergi antara CSR 'Act for Positive Mining' untuk melihat apakah kita mendukung program dekarbonisasi tersebut," pungkasnya.

(ncm/ega)

Hide Ads