Jurus Swasta Geber Transisi Energi, Begini Caranya

Jurus Swasta Geber Transisi Energi, Begini Caranya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 19 Sep 2024 15:55 WIB
ABB, kelompok perusahaan teknologi ketenagalistrikan dan otomatisasi terkemuka di dunia, kembali membuka pabrik terbarunya di Tangerang, Indonesia. Pabrik ini akan memproduksi airinsulated switchgear (AIS) tegangan menengah yang merupakan bagian dari rencana investasi ABB di Indonesia sebesar $20 juta yang termasuk didalamnya pembangunan pabrik produk listrik tegangan rendah di Cibitung - Jawa Barat yang telah diresmikan ABB tahun lalu. Istimewa/Dok. ABB for detikcom
Ilustrasi - Foto: Istimewa/dok ABB
Jakarta -

Transisi energi saat ini menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian banyak pihak. Mulai dari panel surya, energi panas bumi, kendaraan listrik, hingga energi listrik dari tenaga air.

President Direktur PT ABB Sakti Industri (ABB di Indonesia) menjelaskan peningkatan elektrifikasi dan integrasi sumber energi terbarukan yang lebih beragam menjadi sangat penting. Ini berarti perangkat proteksi seperti MCB ABB memiliki beban listrik yang lebih besar untuk dikelola, seiring dengan variasi pasokan dan permintaan daya.

ABB menyediakan keamanan listrik untuk berbagai hal, mulai dari panel surya dan pompa panas hingga kendaraan listrik, serta memberikan perlindungan tambahan, bersama dengan perangkat proteksi lainnya, terhadap gangguan seperti arus sisa, lonjakan arus, arus gangguan bumi, atau gangguan busur listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia, pasar MCB diperkirakan akan berkembang pesat seiring dengan upaya negara ini untuk terus memodernisasi infrastruktur kelistrikannya guna memenuhi permintaan energi yang meningkat, khususnya di sektor energi terbarukan.

"Merayakan 100 tahun MCB, kami bangga menjadi bagian penting dari sejarah inovasi yang terus mendorong perkembangan berbagai teknologi proteksi kelistrikan guna melindungi sistem listrik dari kelebihan beban dan korsleting. Pencapaian ini tidak hanya mencerminkan warisan inovasi ABB, tetapi juga komitmennya dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan." kata Gerard dalam siaran pers, ditulis Kamis (19/9/2024).

ADVERTISEMENT

Dirancang dengan fleksibilitas dan adaptabilitas, MCB ABB cocok untuk berbagai aplikasi di semua segmen, mulai dari aplikasi rumah tangga hingga industri. MCB yang mendeteksi kesalahan listrik seperti arus lebih dan korsleting mampu memutuskan sirkuit listrik dalam waktu 10 milidetik, atau 10 kali lebih cepat dari kedipan mata. Sistem listrik kemudian dapat direset kembali dalam waktu singkat dan mudah tanpa harus mengganti komponen apapun.

"Kami menyadari dampak signifikan perangkat ini dalam menjamin keselamatan listrik di berbagai sektor. MCB ABB tidak hanya memperkuat keandalan dan perlindungan sistem kelistrikan, tetapi juga berperan krusial dalam mendukung upaya global menuju solusi energi yang lebih berkelanjutan dan efisien," tambah Gerard.

Secara global, pasar MCB bernilai sekitar USD 5,1 miliar pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh dengan CAGR lebih dari 10,3 persen selama periode 2024 hingga 2030, didorong dengan meningkatnya permintaan perangkat keselamatan listrik di aplikasi perumahan, komersial, dan industri.

ABB hadir di Indonesia pada tahun 1980-an dan sejak saat itu telah memainkan peran penting dalam berbagai sektor seperti transmisi dan distribusi daya, otomasi industri, dan produk listrik, serta memberikan kontribusi signifikan terhadap infrastruktur dan pertumbuhan industri nasional.

Saat ini, perusahaan mengoperasikan pabrik MCB di Cibitung, Jawa Barat, yang tahun lalu meningkatkan kapasitas tahunannya menjadi jutaan poles MCB dengan peralatan otomasi dan pengujian canggih. Komitmen terhadap kualitas dan inovasi ini membuat MCB ABB memperoleh penghargaan "MCB TKDN Terbaik" dari PLN tahun 2022, yang mengakui kualitas dan tingkat komponen dalam negeri yang tinggi.

(kil/kil)

Hide Ads