Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan banyak negara berminat untuk investasi dalam sektor panas bumi (geothermal) dan waste to Energy di Indonesia. Namun, ada sejumlah hambatan untuk merealisasikan investasi di sektor tersebut.
Mulanya, Airlangga bercerita agenda penandatangan kerangka Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) dihadiri oleh 14 menteri di dunia. Salah satu pilar IPEF adalah ekonomi hijau atau green economy.
"Green economy ini juga ada pendanaan yang disediakan oleh US dan Investment Banking karena US modelnya adalah Investment Banking dan Jepang ada yang namanya Just Energy Transition Partnership atau program. Mereka sangat minat adalah geothermal, yang kedua adalah waste to energy (WTE)," kata Airlangga dalam acara 'Solutions to Indonesia's Environmental Challenge' di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Airlangga menambahkan saat ini Indonesia baru mempunyai satu proyek WTE. Untuk menambah proyek WTE bukanlah hal yang mudah karena masih menghadapi sejumlah hambatan. Salah satu tantangannya, yakni tipping fee yang dibebankan ke Pemerintah daerah (Pemda) dan perjanjian off-take dengan PLN.
"Karena tentu tipping fee yang menjadi kewajiban Pemda yang menjadi tantangan menjadi persoalan yang harus diselesaikan. Kemudian off-take yang diambil oleh PLN yang tentunya akan lebih mahal. Jadi ini beberapa tantangan yang harus diselesaikan karena tanpa keberpihakan ini tidak jalan," jelasnya.
Di sisi lain, Airlangga menyebut masih ada tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan ekonomi hijau, yakni kelebihan pasokan listrik di Pulau Jawa.
Airlangga menyebut saat ini Pulau Jawa mengalami oversupply listrik hingga 5 gigawatt. Mengatasi hal tersebut, pemerintah mendorong dengan industri yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atau solar cell dan rooftoop energy.
"Jadi sebetulnya sangat banyak kesempatan yang bisa dilakukan. Kalau tidak ini kesempatan diambil oleh negara lain, bahkan Australia sudah menyiapkan. Dia mau menyiapkan solar panel di Australia. Karena nanti Australia menjadi negara panas dan mataharinya banyak, bahkan mereka menyiapkan bisa membuat transmisi dari Australia ke Singapura. Jadi kita harus dorong supaya kesempatan ini diambil oleh Indonesia sehingga tidak negara lain saja yang memanfaatkan dan green economic policy," tambahnya.
Simak Video: Jokowi Heran PLTP Tak Jalan Cepat Meski RI Punya 40% Energi Panas Bumi Dunia
(das/das)