RI Rela Dibanjiri Minyak-Gandum AS Demi Rayu Trump

RI Rela Dibanjiri Minyak-Gandum AS Demi Rayu Trump

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 10 Jul 2025 05:53 WIB
U.S. President Donald Trump speaks at an event hosted by America250 in Des Moines, Iowa, U.S., July 3, 2025. REUTERS/Nathan Howard
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.Foto: REUTERS/Evelyn Hockstein
Jakarta -

Indonesia digetok tarif impor senilai 32% oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Tarif ini berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Jumlah tarif itu tidak berubah dari awal pengumuman tarif resiprokal Trump pada April yang lalu. Padahal, Indonesia telah mengupayakan berbagai negosiasi perdagangan demi mengurangi besaran tarif impor. Salah satunya adalah rela dibanjiri impor komoditas energi dan pertanian dari AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.

Menurut Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Haryo Limanseto pemerintah pantang mundur dengan keputusan Trump. Pemerintah akan terus bernegosiasi dengan administrasi Trump di Washington.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto telah terbang langsung ke AS untuk memimpin tim negosiasi. Airlangga berangkat dari Brasil usai mendampingi Prabowo dalam KTT BRICS.

"Menko perekonomian Pak Airlangga, sebagaimana kita ketahui beberapa hari ini mendampingi Pak Presiden Prabowo di KTT BRICS ya di Brasil. Nah kemudian setelah keluarnya pengumuman atau pernyataan dari pemerintah Amerika Serikat tersebut beliau dengan seizin Pak Prabowo melanjutkan perjalanannya ke Amerika Serikat," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

ADVERTISEMENT

Setidaknya Airlangga dijadwalkan menemui 3 pejabat tinggi Negeri Paman Sam untuk melanjutkan negosiasi. Ketiganya adalah Secretary of Commerce (Menteri Perdagangan) Howard Lutnick, Secretary of Treasury (Menteri Keuangan) Scott Bessent, dan pimpinan United States Trade Representative (Kantor Perdagangan AS) Ambassador Jamieson Greer.

"Nah kedatangan Pak Airlangga di AS dijadwalkan ini akan bertemu dengan Secretary of Commerce Lutnick, kemudian Bessent, dan dengan USTR, Greer," tuturnya.

Adapun pertemuan dijadwalkan berlangsung 1 sampai 3 hari ke depan. Haryo menambahkan, tim negosiasi Indonesia sudah berada di AS selama sepekan dan terus berkomunikasi dengan pihak AS. Negosiasi sebenarnya sudah dilakukan sejak awal April lalu.

Siap Impor Minyak-Gandum

Indonesia sendiri sudah meneken kesepakatan untuk memborong komoditas Amerika Serikat (AS) mulai dari gandum hingga energi demi menahan ancaman tarif impor 32%. Langkah ini jadi 'pemanis' dalam negosiasi yang masih berlangsung untuk menekan angka tarif impor yang dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Perjanjian pembelian produk-produk AS ini diteken sektor bisnis Indonesia sebagai tawaran utama kepada Washington agar tarif resiprokal bisa diturunkan. Pemerintah juga berharap, defisit neraca dagang AS terhadap Indonesia bisa segera berbalik dengan langkah ini.

"Semua transaksi yang bisa dilaksanakan sebelum pengumuman tadi ini menjadi sweetener, bahwa disampaikan bahwa defisit itu sudah malah melebihi dari defisit yang disampaikan Amerika Serikat," ujar Haryo.

Haryo belum merinci berapa nilai total dan detail perjanjian bisnis yang sudah disepakati para pengusaha Indonesia dengan pihak AS. Namun ia memastikan sejumlah perusahaan besar sudah menandatangani nota kesepahaman.

Beberapa pihak yang terlibat di antaranya PT Pertamina untuk impor energi, FKS Group dan PT Sorini Agro Asia Korindo untuk impor jagung. Selain itu juga ada Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) untuk impor kapas, dan Asosiasi Produsen Tepung Indonesia untuk impor gandum dari AS.

Namun Haryo enggan berspekulasi soal seberapa besar dampak kesepakatan ini terhadap kebijakan tarif Trump. Ia hanya memastikan, pemerintah Indonesia terus melanjutkan perundingan dan menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra dagang strategis di kancah internasional.

"Perundingan ini masih tetap berlangsung, diskusi ini dan kita akan menonjolkan atau mengutamakan pihak Amerika Serikat bahwa Indonesia adalah negara yang strategis dalam perdagangan internasional. Jadi kita berharap mendapatkan semacam kesepakatan yang lebih baik dari yang ada sekarang," pungkasnya.

(hal/hns)

Hide Ads