PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW dengan menggunakan teknologi super critical untuk menekan emisi. Diketahui, PT HBAP merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
"Dengan teknologi ini dan sesuai jenis batu bara yang tersedia, uap air dipanaskan pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi pada kondisi super critical. Kondisi ini menyebabkan tidak adanya proses perubahan fase yang jelas (dari air ke uap) dikarenakan air selalu berada dalam keadaan superkritikal, yang artinya proses pemanasan dan penguapan terjadi secara terus-menerus," papar Wakil Direktur Utama HBAP Dody Arsadian dalam keterangan tertulis, Selasa (12/11/2024).
Dody menjelaskan penggunaan teknologi super critical dapat mengurangi jumlah bahan bakar batu bara yang digunakan dan emisi yang dihasilkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teknologi ini juga menjadikan PLTU lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU berteknologi konvensional. Sebab, PLTU berteknologi super critical mampu menghasilkan lebih banyak energi dengan jumlah bahan bakar yang lebih sedikit.
"Penggunaan teknologi tersebut sejalan dengan visi jangka panjang HBAP menjadi penyedia tenaga listrik kelas dunia yang terpercaya dan berorientasi kepada nilai-nilai keberlanjutan. PLTU Tanjung Lalang diharapkan dapat beroperasi lebih baik dan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, serta mendukung pemenuhan kebutuhan energi di Sistem Kelistrikan Sumatera," paparnya.
Dody menambahkan, PLTU Tanjung Lalang dilengkapi dengan Electrostatic Precipitator (ESP). Teknologi ini berfungsi untuk menangkap partikel (debu gas buang/sisa pembakaran) dengan menggunakan prinsip elektrostatis.
Tak hanya itu, PLTU Tanjung Lalang juga menerapkan teknologi Flue Gas Desulphurization (FGD), yang mencampur emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan reaksi kimia. Teknologi ini menggunakan bahan pengikat berupa kapur basah (CaCO3) sehingga kandungan sulfur dioksida (SO2) yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah.
Saat ini, PT HBAP juga tengah mengembangkan pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau abu sisa proses pembakaran batu bara di PLTU Tanjung Lalang. Hal ini bertujuan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dalam sirkular ekonomi.
Adapun FABA tersebut saat ini telah dimanfaatkan untuk bahan baku semen. Pemanfaatan lainnya yang tengah dikembangkan, yakni untuk bahan baku material bangunan, material pencegah air asam tambang, media tanam, dan sebagainya.
Lihat juga video: KPK Tetapkan 3 Tersangka Korupsi PLTU di Sumbagsel