Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menilai target lifting minyak 2029 mencapai 900.000 barel per hari (bph) sulit untuk direalisasikan dengan kondisi yang ada saat ini. Ia menyebut, perizinan maupun implementasi untuk melakukan eksplorasi sumber minyak di Indonesia masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.
"Pemerintah menginginkan pada tahun 2029 itu lifting sudah 900 ribu barrel per day. Kita tahu betul itu sangat sulit," kata Ketua IAGI STJ Budi Santoso dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi XII DPR RI, Kamis (20/2/2025).
Padahal, untuk meningkatkan produksi minyak perlu eksplorasi yang masif. Ia juga mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi sumber daya minyak dan gas di beberapa cekungan bagian barat yang belum sepenuhnya dieksplorasi.
"Tapi kalau kita bicara tentang eksplorasi, itu perlu waktu yang sangat panjang. Untuk sumur yang sudah ketemu, tidak juga dalam waktu dekat, dari sisi perizinan dan lain-lain untuk segera berproduksi. Jadi kita rekomendasi simpelnya itu sebenarnya mempercepat eksplorasi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, berencana untuk terus meningkatkan lifting minyak hingga 900 ribu sampai 1 juta barel per hari pada 2028-2029. Menurutnya upaya ini sejalan dengan Asta Cita ketahanan dan swasembada energi Presiden Prabowo Subianto.
"Dalam Asta Cita Presiden Prabowo, itu ada empat hal yang menjadi fokus. Pertama, ketahanan pangan, kedua ketahanan energi, ketiga hilirisasi dan yang keempat makanan bergizi. Kebetulan saya kebagian dua tugas, ketahanan energi dan hilirisasi," kata Bahlil dalam keterangan tertulis dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM pada Sabtu (1/2/2025).
Lebih lanjut, Bahlil memaparkan peningkatan lifting minyak ini menjadi semakin penting mengingat saat ini jumlah produksi minyak dalam negeri jauh di bawah konsumsi masyarakat. Sehingga kebutuhan minyak domestik diperoleh melalui impor dari negara yang tidak menghasilkan minyak seperti Singapura.
Ia mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan 1996-1997. Saat itu lifting minyak mencapai 1,6 juta barel per hari dengan konsumsi 600 ribu barel per hari sehingga Indonesia bisa mengekspor minyak 1 juta barel per hari.
"Kemarin di 2024, 2 bulan terakhir sekitar 690.000 barel. Sekarang impor kita per hari itu 1 juta barel. Jadi, terbalik antara 1996-1997 dengan 2024," katanya.
"58% konsumsi minyak kita itu impornya itu dari Singapura. Jadi kita ini impor minyak dari negara yang tidak mempunyai minyak yang harganya sama dengan dari middle east," lanjut Bahlil.
Tonton juga Video Bahlil Ungkap Upaya RI Tingkatkan Lifting Migas: Perkuat Sumur-sumur
(ara/ara)