Insentif Kendaraan Hidrogen Tunggu Investor Masuk

Heri Purnomo - detikFinance
Selasa, 15 Apr 2025 21:57 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia.Foto: Heri Purnomo/detikcom
Jakarta -

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menekankan insentif untuk kendaraan hidrogen diberikan jika sudah ada investor yang masuk. Saat ini, hidrogen sebagai pengganti bensin sedang dikembangkan.

"Kita lagi tanya siapa yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Kalau itu oke, kita akan jalankan," kata Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition yang diselenggarakan di Jakarta International Convention Centers (JCC), Selasa (15/4/2025).

Menurut Bahlil pemberian insentif nanti akan seperti investor untuk kendaraan listrik. Contohnya ketika Hyundai membangun pabrik mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.

"Sama dengan dulu ketika Hyundai ingin membangun pabrik mobil listrik di Karawang, Jawa Barat. Itu pertama kali. Waktu itu saya masih Menteri Investasi dan saya pikir modusnya akan seperti juga dengan mobil hidrogen. Tinggal kita lihat, variabel mana yang pemerintah hadir untuk memberikan insentif agar visibel ketika dia melakukan investasi," kata Bahlil.

Pemberian insentif tersebut juga sejalan dengan regulasi kendaraan hidrogen. Saat ini aturan yang berkaitan dengan kendaraan hidrogen masih menggunakan aturan mobil listrik.

"Nah, kalau ditanya, bagaimana regulasinya? Memang selama ini kita punya regulasi untuk mobil listrik. Belum hidrogen. Nah, kalau sudah banyak, sudah bagus, dan kita lihat potensi market yang sudah ada, maka pemerintah harus melakukan penyelesaian," katanya.

Bahlil menambahkan kendaraan hidrogen ini juga menjadi salah satu alternatif mengurangi impor BBM Indonesia sebanyak 900-1.000 barel per hari.

Pasalnya, Bahlil mmengatakan Indonesia memiliki sumber hidrogen melimpah yang dihasilkan dari batu bara, gas, dan air.

"Nah cara kita untuk mengurangi impor adalah dengan memanfaatkan potensi bahan bakar pengganti bensin. Bisa BM40, bisa baterai listrik, baterai mobil, dan bisa juga hidrogen," tutur Bahlil.




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork