RI Mau Genjot Impor Migas Asalkan AS Pangkas Tarif

Heri Purnomo - detikFinance
Senin, 14 Jul 2025 16:43 WIB
Foto: Heri Purnomo/detikcom
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan kabar terbaru dari rencana RI yang akan mengimpor Liquefied Petroleum Gas (LPG), crude (minyak), dan Liquefied Natural Gas (LNG) dari Amerika Serikat (AS). Adapun rencana impor tersebut merupakan bagian dari penawaran pemerintah Indonesia terhadap AS agar tidak dikenakan tarif hingga 32%.

Bahlil mengatakan pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar US$ 15 miliar atau Rp 243 triliun (Kurs Rp 16.200) untuk belanja energi tersebut dari AS.

Ia menegaskan bahwa belanja energi tersebut akan dilakukan jika AS menurunkan tarif tersebut. Pasalnya, Indonesia akan dikenakan tarif 32%.

"Kami dari ESDM sudah mengalokasikan sekitar US$ 10 sampai US$ 15 untuk belanja di Amerika. Kalau tarifnya juga diturunkan, tapi kalau nggak berarti kan nggak ada deal dong. Kita lihat nanti," kata Bahlil ketika ditanya terkait dengan apakah RI akan tetap mengimpor migas dari AS meskipun masih dikenakan tarif 32%, Senin (14/7/2025).

Sebelumnya, Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa belanja energi ke AS sebesar US$ 15 miliar tahun ini mengalami peningkatan yang cukup tajam dibandingkan tahun lalu. Ia menyebutkan tahun lalu belanja energi ke AS hanya US$ 4,2 miliar.

"Jadi untuk tahun ini sesuai dengan komitmen kita untuk trade balance antara Indonesia dengan Amerika, ini akan menyesuaikan dengan negosiasi," kata Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM Jakarta Pusat, Jumat (4/7).

Yuliot menjelaskan belanja energi dari AS ini selain sebagai tawaran dalam negosiasi, ia menjelaskan produk energi yang bakal dibeli dari AS ini juga memang untuk kebutuhan dalam negeri.

"Yang pertama kan kita membutuhkan LPG, jadi untuk LPG kita juga akan meningkatkan impor dari Amerika. Kemudian crude untuk kebutuhan dalam negeri," katanya.

Sementara untuk minyak, Yuliot mengatakan sebenarnya RI selama ini juga telah mengimpor minyak dari AS namun melalui negara lain. Ia mengatakan kali ini, peningkatan impor minyak ini akan dicatat langsung dari AS.

"Selama ini kan juga kita mengimpor crude, ada yang dari Amerika tetapi melalui negara lain. Jadi nanti akan diusahakan pencatatan langsung untuk impor dari Amerika. LNG termasuk yg salah satu komoditas yang diimpor dari AS," katanya.

Sementara itu untuk produk BBM, Yuliot mengatakan masih dalam tahap pertimbangan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan RI saat ini sedang mengusahakan peningkatan produksi dalam negeri.

"Untuk BBM kita masih melihat, karena untuk BBM itu kan juga kita di dalam negeri kan juga diusahakan peningkatan produksi di dalam negeri, dengan selesainya progres untuk perbaikan yang ada di kilang-kilang dalam negeri, kemudian upgrade teknologi kita juga akan melihat sebagian besar kebutuhan itu akan berasal dari dalam negeri," katanya.

Terkait dengan volume, Yuliot belum menjelaskan detilnya. Soal waktu realisasi impor energi dari AS tersebut, Yuliot mengatakan tinggal menunggu keputusan hasil negosiasi.

"Ya tergantung dari negosiasi yang dipimpin oleh Pak Menko Perekonomian," katanya.

Simak juga Video Saran Hendropriyono Hadapi Tarif Trump: Tambah 9 Naga Baru




(acd/acd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork