Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan prastudi kelayakan (feasibility study) untuk 18 proyek hilirisasi senilai Rp618,13 triliun rampung sebelum akhir tahun ini. Program strategis tersebut menjadi bagian dari percepatan transformasi industri hilir untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional.
Proyek-proyek ini meliputi delapan sektor mineral dan batu bara, dua transisi energi, dua ketahanan energi, tiga pertanian, dan tiga kelautan-perikanan. Dokumen pra-studi kelayakan telah diserahkan Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada Juli 2025.
"Pasti (eksekusi) akan bertahap. Tapi semuanya pasti akan selesai akhir tahun ini. Karena harus segera dieksekusi proyeknya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ahmad Erani Yustika dikutip dari Antara, Selasa (11/11/2025).
Menurut Erani, setiap proyek memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, mulai dari pembangunan refinery, storage, hingga pengolahan alumina dan silika. Salah satu prioritas utama adalah proyek dimethyl ether (DME) untuk mengurangi ketergantungan impor LPG dan memanfaatkan produksi gas dalam negeri.
Di tingkat kebijakan nasional, Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan pentingnya percepatan program hilirisasi lintas sektor. Dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, ia meminta agar 18 proyek hilirisasi senilai hampir Rp600 triliun segera diselesaikan agar bisa memasuki tahap pembangunan pada 2026 mendatang.
"Percepatan hilirisasi baik di sektor perikanan, kemudian di sektor pertanian, dan di sektor energi dan mineral batu bara. Tadi kami sudah membicarakan setelah pulang dari Cilegon, arahan Bapak Presiden dari 18 proyek yang sudah selesai pra-FS, dan sudah dibicarakan dengan Danantara, kita akan selesaikan di tahun ini untuk semuanya," ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Bahlil menjelaskan, total investasi untuk 18 proyek tersebut mencapai US$38,63 miliar atau sekitar Rp618 triliun, di luar ekosistem baterai kendaraan listrik. Ia menekankan proyek-proyek ini merupakan langkah konkret pemerintah untuk mendorong industrialisasi dan penciptaan lapangan kerja di berbagai daerah.
"18 proyek yang sudah siap pra-FS. Dengan total investasi sebesar USD 38,63 miliar, atau setara dengan Rp618,3 triliun. Ini di luar ekosistem baterai mobil," kata Bahlil.
Meskipun telah masuk tahap pra-studi kelayakan, dokumen tersebut masih akan disempurnakan oleh Danantara. Bahlil mengatakan, lembaga investasi tersebut memiliki kapasitas pendanaan untuk melakukan studi lanjutan dan penyempurnaan teknis sebelum proyek dieksekusi.
"Jadi memang ini belum sempurna, namanya aja pra-FS. Sudah barang tentu untuk penyempurnaannya ini, kita serahkan kepada Danantara, karena Danantara yang punya uang untuk melakukan penyempurnaan," ujarnya.
Satgas Hilirisasi dan Danantara juga terus berkoordinasi untuk merumuskan skema pembiayaan, model bisnis, lokasi, hingga penyelesaian kendala perizinan dan mitigasi sosial lingkungan. Kolaborasi ini diharapkan memastikan implementasi proyek berjalan terintegrasi antar sektor.
"Itu (proyek hilirisasi) akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baik dengan upah yang layak. Bukan lagi upah UMR (Upah Minimum Regional)," tegas Bahlil.
CEO Danantara, Rosan Roeslani menambahkan investasi hilirisasi kini menjadi salah satu kontributor utama terhadap realisasi investasi nasional. Hingga paruh kedua 2025, Danantara telah memperoleh komitmen pendanaan sebesar US$7 miliar dari berbagai sovereign wealth fund internasional.
"Dari USD7 miliar itu dengan Qatar USD4 miliar, kemudian dengan CIC (China Investment Corporation) USD2 juta, dan juga kemudian dengan RDIF (Russian Direct Investment Fund). Dan kita sedang ada pembicaraan dengan Sovereign Wealth Fund lainnya untuk bersama-sama untuk berinvestasi terutama di Indonesia," ujar Rosan.
Dengan rampungnya studi kelayakan tahun ini, pemerintah berharap implementasi proyek dapat segera dimulai pada 2026. Selain memperkuat sektor hilir, proyek-proyek ini diharapkan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, membuka lebih dari 270 ribu lapangan kerja, serta mempercepat substitusi impor, termasuk LPG melalui pengembangan industri DME.
Simak Video "Video: Realisasi Investasi RI Kuartal III Tembus Rp 491,4 Triliun"
(prf/ega)