Jangan Coba-coba Masuk di Kripto buat Orang yang Kaya Gini!

Jangan Coba-coba Masuk di Kripto buat Orang yang Kaya Gini!

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 05 Agu 2021 09:00 WIB
Jakarta -

Ketika harga kripto terbang tinggi, banyak yang jadi trader dadakan. Tapi kini ketika harga Bitcoin cs sedang tiarap, korbannya bergelimpangan.

Jangan pernah berpikir menjadi trader kripto adalah hal yang mudah. Buang jauh-jauh pemikiran 'dia bisa untung besar di kripto, kenapa saya tidak'?. Tak semua orang cocok menjadi trader kripto. Masih banyak jenis instrumen investasi yang mungkin lebih cocok.

Young investor yang juga Founder Ternak Uang Timothy Ronald mengatakan, di pasar kripto sekarang lagi tren buy the dip. Sebuah istilah bagi investor untuk memborong aset investasi ketika harganya turun, seperti sekarang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak memang yang seperti itu, mereka borong tanpa ada analisa. Misalnya punya modal Rp 5 juta, langsung dimasukin semua Rp 5 jutanya. Nanti pas turun dia bilang ini judi. Jangan seperti itu," tuturnya dalam acara d'Mentor, Rabu (4/8/2021).

Untuk trader baru, Timothy menyarankan agar mengenal profil risiko dirinya terlebih dahulu. Pahami psikologi investasi diri sendiri.

ADVERTISEMENT

Misalnya, buatlah skor dari 1 sampai 10 untuk profil agresif, moderat hingga konservatif. Lalu jangan samakan profil risiko investasi di instrumen lainnya seperti saham dengan investasi di kripto. Karena jelas karakter instrumennya jauh berbeda.

"Misalnya saya ini di saham sangat agresif. Saya ketika beli biasanya all in, bahkan saya masuk di saham lapis ketiga, bukan bluechip. Tapi untuk porsi kripto saya hanya masukin kurang dari 5% dari aset saya. Itu adalah jumlah uang yang saya rela jika hilang. Saya tidak mungkin masukin sampai 10% bahkan 20% dari aset saya. Menurut saya 5% saja sudah amat sangat banyak," tuturnya.

Bagaimana mengetahui profil risiko diri? Cek halaman berikutnya.

Nah untuk mengetahui profil risiko diri mudah saja. Misalnya punya uang Rp 5 juta, cukup masukan uang Rp 200 ribu ke aset kripto. Lalu rasakan psikologi Anda ketika harganya turun atau naik.

Pasar kripto berbeda dengan bursa saham. Contoh paling utama adalah jam perdagangan. Perdagangan saham sangat teratur, ada pembukaan, sesi I, sesi II dan penutupan. Bahkan ada jeda siangnya.

Sementara pasar kripto 24 jam penuh. Tidak semua pelaku pasar kripto bisa memantau secara penuh. Sementara harga kripto bisa jatuh kapan saja, termasuk ketika trader-nya sedang tertidur lelap.

Nah ketika dengan uang Rp 200 ribu saja membuat Anda tidak bisa tidur, lebih baik jangan sentuh pasar kripto. Itu artinya Anda sangat konservatif.

"Jadi harus tahu profil risiko kalian, kalau moderat atau konservatif jangan pernah sentuh kripto! Pilih yang sesuai profil risikonya. Bisa ke reksadana atau produk obligasi lain. Jadi jangan coba langsung masuk kripto," tegasnya.

Permasalahannya adalah, banyak dari trader newbie yang terjun ke aset kripto tanpa melakukan itu. Mereka serahkan semua uangnya ke aset kript0. Ketika harganya anjlok, mental mereka yang menjadi korbannya.


Hide Ads