Sejak viralnya Ghozali Everyday banyak masyarakat Indonesia yang ikut-ikutan menjual berbagai foto sebagai non-fungible token (NFT). Pria yang memiliki nama lengkap Sultan Gustaf Al Ghozali itu sukses menjual foto-foto selfie-nya selama bertahun-tahun dan mendapatkan miliaran rupiah.
Namun sepertinya masih banyak yang salah kaprah soal NFT. Banyak dari warga RI yang menjual hal-hal aneh dalam bentuk NFT. Mulai dari makanan seperti kue lapis, hingga foto produk baju. Lebih parahnya lagi ada yang menjual foto-foto KTP.
Pakar Metaverse dari Indonesia Digital Milenial Cooperatives (IDM Co-op) MC Basyar menerangkan, sejatinya apapun bisa dijadikan NFT asal bisa didigitalisasikan. Tak hanya foto yang bisa dijadikan NFT, mulai dari video, film hingga musik juga bisa dijual dalam bentuk NFT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apapun sebenarnya baik berbentuk suara seperti musik ataupun film, segala macam bisa. Yang penting bisa digitilisasi. Yaa KTP, kartu kelaurga bisa, tapi apa iya kita mau jual kartu keluarga kita untuk orang? Kan nggak," terangnya.
Meski semua hal yang bisa didigitalisasikan bisa dijual dalam bentuk NFT, bukan berarti semua NFT akan berharga mahal. Seperti barang kesenian ataupun barang koleksi, nilai bisa ditentukan begitu saja.
Menurut Basyar salah satu faktor sebuah NFT bisa menjadi mahal dan viral adalah dari sisi pembeli. Seberapa besar uang yang rela dikeluarkan si pembeli untuk membeli sebuah NFT di marketplace.
"Yang menjadi viral biasanya yang harganya laku dengan harga yang bombastis. Pertanyaannya siapa yang beli, nah itu dia orang-orang di jaringan komunitas NFT atau kripto kan uangnya banyak. Ya suka-suka mereka, tapi suka-suka merek ini ada tolak ukurnya, apakah nilai historisnya, unik dan lain-lain," terangnya.
Basyar menjelaskan hal-hal yang biasanya menjadi viral dan laku tinggi di NFT adalah yang memiliki nilai sejarah atau setidaknya unik. Dia mencontohkan seperti cuitan pertama CEO Twitter Jack Dorsey.
"Karena dia punya nilai historis, bahwa Twitter sudah digandrungi semua orang di dunia, dan ini jadi langka. Jadi kalau harganya Rp 41 miliar ya wajar, berbeda dengan harga foto kuenya saja," tambahnya.
Sama halnya dengan foto-foto selfie-nya Ghozali, Basyar menilai itu juga memiliki nilai historis. Kebetulan juga pembelinya mau membeli dengan harga yang mahal.
"Kalau ghozali saya rasa ada nilai historis, dia duduk di depan PC atau laptop bertahun-tahun lalu foto, dan dimasukin ke NFT, yang dibeli adalah historisnya, ada cerita," tutupnya.
(das/dna)