Dunia aset kripto semakin tenar di Indonesia. Sayangnya semakin bertambahnya jumlah investor di pasar kripto tidak diiringi dengan pemahaman tentang besarnya risiko jika berinvestasi di pasar kripto.
Kebanyakan dari investor newbie di pasar kripto hanya melihat cerita-cerita dari mereka yang cuan karena aset kripto. Mereka pun akhirnya terjerembap dalam lubang fear of missing out (FOMO) alias ikut-ikutan dan takut ketinggalan sesuatu yang heboh.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menekankan sebelum berinvestasi di instrumen apapun itu harus dipahami prinsip bahwa semakin besar potensi keuntungan, maka semakin besar pula kandungan risikonya, begitu juga sebaliknya.
"Prinsipnya itu high gain high risk, low gain low risk, no gain ya no risk, Jadi simpan prinsip itu baik-baik," tuturnya saat dihubungi detikcom, Minggu (13/2/2022).
Baca juga: Bappebti Makin Pelototi Aset Kripto |
Lalu jika sudah paham bahwa investasi pasti ada risikonya, maka uang yang digunakan untuk berinvestasi harus berupa uang dingin, atau uang yang bukan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab ada potensi uang yang digunakan untuk beirnvestasi akan berkurang nilainya atau malah yang terburuk akan hilang.
Kemudian yang terpenting adalah pelajari dulu instrumen investasi yang hendak dipilih. Menurut Ariston, aset kripto adalah instrumen investasi yang memiliki volatilitas paling tinggi. Sehingga seharusnya mereka yang berinvestasi di kripto sudah paham bahwa risikonya juga besar.
"Kripto memang volatilitas harganya luar biasa naik turunnya. Harusnya sudah tidak kaget lagi kalau investasi di instrumen sejenis ini ya bakal mengalami pergolakan harga yang besar naik turunnya," tegasnya.
Anang Hermansyah pemilik token ASIX yang tengah heboh pun mengakui bahwa investasi di kripto memiliki risiko, sama dengan instrumen inevstasi lainnya.
"Betul jadi investasi itu beresiko, ya itu kenyataannya. Karena di situ berjalan hukum ekonominya. Pada saat investasinya untung, produknya benar dan segalanya benar, dia akan untung investasinya, investasinya jadi tidak rugi," tuturnya kepada detikcom.
Oleh karena itu, dirinya mengimbau masyarakat agar mempelajari terlebih dahulu aset kripto yang hendak diinvestasikan. Jangan hanya mengandalkan informasi dari pihak lain.
"Pada saat dia cara membacanya salah, informasinya salah, pemahamanya salah, tidak punya kemandirian bertindak dan berpikir itu pun masalah. Dia belajarnya benar, tapi dia lebih senang dengerin tetangganya daripada dengar suaminya misalnya, rusak itu," tegasnya.
(das/dna)