Tawaran Freelance Bodong Via WhatsApp Masih Marak, Jangan Sampai Kepincut!

Tawaran Freelance Bodong Via WhatsApp Masih Marak, Jangan Sampai Kepincut!

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 28 Jun 2023 14:00 WIB
FILE PHOTO: The WhatsApp messaging application is seen on a phone screen August 3, 2017. REUTERS/Thomas White/File Photo
Ilustrasi/Foto: Dok. REUTERS/Thomas White/File Photo
Jakarta -

Beberapa waktu belakangan masyarakat diresahkan dengan pesan singkat via aplikasi WhatsApp yang menawarkan pekerjaan paruh waktu alias freelance. Usut punya usut, pesan yang masuk dalam jumlah banyak itu merupakan penipuan berkedok lowongan pekerjaan (loker).

Dari sejumlah kasus penipuan berkedok lowongan pekerjaan yang terjadi, rata-rata memiliki kesamaan yaitu menawarkan freelance pekerjaan-pekerjaan mudah yang bisa dilakukan hanya lewat ponsel.

1. Sederet Modus Loker Bodong

Salah satunya yakni kejadian yang menimpa @Giarsyahsyifa pada Mei lalu. Ia mengaku kena tipu dan kehilangan uangnya hingga Rp 21 juta. Ia menerima pesan yang mengatasnamakan salah satu perusahaan media partner iklan dan pemasaran yang memiliki cabang di AS, Kanada, dan beberapa negara lainnya. Pekerjaan yang ditawarkan adalah meningkatkan performa video di YouTube dengan memberikan like dan subscribe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirincikannya, ada 20 tugas like dan subscribe setiap harinya dan setiap menyelesaikan tiga tugas akan mendapat bonus Rp 15.000 yang dibayarkan langsung ke rekening bank. Setelah mengiyakan, korban pun langsung diundang ke grup Telegram yang berisikan sekitar 300 anggota. Setelah mengerjakan beberapa tugas, korban benar-benar mendapatkan bonus. Hingga akhirnya, lewat tugas yang diberi nama 'tugas peningkatan', ia diminta menaikkan transaction rate di situs kripto dengan cara deposit.

Deposit tersebut akan diberikan bersamaan dengan reward yang didapat pada akhir nanti. Nominalnya pun boleh memilih, mulai dari Rp 300-500 ribu dengan reward 20%. Korban mengaku telah melakukan deposit mulai dari Rp 2,5-14,7 juta. Akan tetapi, setelah melakukan deposit Rp 14,7 juta, korban diminta untuk deposit lagi sebesar Rp 30 juta sebagai 'tugas akhir' sebelum mengambil hasil deposit dan bonus. Jika tidak ada deposit, maka uang yang telah didepositkan tidak akan bisa diambil.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ada pula modus tawaran kerja ini mencatut nama situs pencarian kerja Jobstreet. Di pesan tersebut, pengirim tawaran kerja juga tak menyebutkan siapa namanya. Hanya menyebutkan dia merupakan bagian HR dari Jobstreet. Pesan itu datang secara acak dan tiba-tiba.

Pekerjaan yang dijanjikan pun terbilang mudah, seperti mengklik favorit pada salah satu produk yang diunggah di lapak online e-commerce. Setelah mengklik favorit orang yang ditawari pekerjaan hanya perlu memberikan tangkapan layar lalu uang akan diberikan. Untuk tugas yang diklaim menjadi yang pertama dari pihak yang menawari kerja itu akan digaji senilai Rp 30.000.

Seolah tak kehabisan akal, hingga saat ini penipuan berkedok lowongan pekerjaan lewat pesan WA masih terus terjadi. Bahkan, kini para pelaku melakukan aksi yang lebih gencar dengan mengirimkan pesan berkali-kali hingga spam. Seperti halnya yang dialami Rangga pada akhir bulan Juni ini. Ia dikirimi sekitar empat pesan dalam sehari. Pesan tersebut mengatasnamakan perusahaan yang berbeda-beda, namun dengan isi pesan yang sama.

Kemnaker dan Satgas Investasi buka suara di halaman berikutnya.

2. Tanggapan Kemnaker

Kepala Biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Chairul Fadhly mengatakan, pihaknya masih mengecek penipuan berkedok lowongan freelance tersebut. Sejalan dengan itu, Kemnaker menghimbau agar masyarakat tetap waspada.

"Kami harus mengecek dahulu terkait penipuan lowongan freelance lewat aplikasi chat ini. Namun kami mengimbau kepada masyarakat untuk lebih selektif memilih informasi lowongan pekerjaan sebagai freelance melalui aplikasi perpesanan," kata Chairul saat dihubungi detikcom, Senin (27/6/2023).

Lebih lanjut, ia pun memberikan sejumlah tips kepada masyarakat agar dapat terhindar dari modus penipuan serupa. Pertama, masyarakat perlu memastikan sumber dari informasi tersebut. Kedua, informasi tersebut tidak meminta deposit atau transfer dana awal. Kemudian yang terakhir, Chairul meminta masyarakat untuk memastikan reward yang diterima sebanding dengan beban kerja yang didapatkan.

3. Respons Satgas Investasi

Sekretariat Satgas Waspada Investasi Hudiyanto mengakui dalam beberapa waktu belakangan marak kasus penipuan berkedok loker freelance lewat pesan WA. Menyangkut hal ini, menurutnya, kunci utama dalam penyelesaian masalah ini ialah bagaimana cara untuk mengedukasi masyarakat sehingga tidak terjebak dengan modus tersebut.

"Ini lebih ke edukasi ke masyarakat agar tidak terjebak modus ini atau social engineering. Mengajak orang untuk cari uang dengan mudah, tapi akhirnya ditipu," ujarnya, saat dihubungi detikcom.

Pria yang akrab disapa Hudi ini juga menambahkan, sebagaimana dengan kasus-kasus penawaran investasi ilegal, masyarakat diminta untuk selalu memperhatikan dan menyuarakan slogan 2L yaitu Legal dan Logis.

"Kegiatan investasi apapun, kalau dilihat dari dua aspek tadi, tidak jelas atau kurang meyakinkan. Maka jangan tergoda untuk melakukan, hal tersebut termasuk kasus penipuan," terang Hudi.

Bagi masyarakat yang menemukan kejadian serupa, bisa melaporkannya ke Satgas melalui Kontak OJK 157 atau melalui email waspadainvestasi@ojk.go.id. Laporan tersebut akan ditindaklanjuti Satgas dengan berkoordinasi dengan Kominfo untuk pemblokiran link tawaran tersebut dan dengan aparat penegak hukum untuk penindakannya.


Hide Ads