Alasan Gen Z dan Milenial Banyak yang Terjerat Pinjol!

Alasan Gen Z dan Milenial Banyak yang Terjerat Pinjol!

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 16 Okt 2023 15:26 WIB
pinjam online
Foto: Pinjam Online (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Ternyata mayoritas dari nasabah pinjaman online merupakan generasi muda. Hal itu terbukti dari data yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut laporan OJK bulan Juli 2023, kelompok usia 19 sampai 34 tahun menjadi penyumbang terbesar penerima kredit pinjol, yakni 54,06% atau mencapai Rp 27,1 triliun. Di mana kelompok usia tersebut didominasi generasi milenial dan generasi Z.

Tidak hanya itu, OJK juga memantau kredit macet pinjol. Kelompok usia 19 sampai 34 tahun berkontribusi besar dalam kasus kredit macet pinjol sebesar 40,24% atau mencapai Rp 782 miliar per bulan Juli 2023. OJK juga mencatat sepanjang semester I tahun 2023, kelompok yang terdiri dari mahasiswa dan pekerja tersebut konsisten menjadi penyumbang terbesar nilai kredit macet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyoroti hal tersebut, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Teja Sari menilai ada beberapa penyebab mayoritas anak muda menjadi nasabah pinjol. Di antaranya, kurangnya kontrol diri terhadap keuangan. Hal tersebut membuat anak muda menjadi lebih mudah terpancing apabila ada promosi dan iklan barang konsumtif.

"Jadi, terus belanja dengan asumsi yang kita beli barang murah. Kalau nggak beli sekarang nyesel, nggak ada kesempatan lain lagi. Orang jadi pengen belanja sekarang juga. Lupa mana kebutuhan dan mana keinginan," kata Teja kepada detikcom, Senin (10/16/2023).

ADVERTISEMENT

Selain itu, adanya akses pinjaman dengan mudah, mulai dari banyaknya pilihan aplikasi pinjol sampai kecepatan pembayarannya. Namun, terkadang terlena sehingga lupa dengan kemampuan bayarnya yang tidak seimbang.

Teja menilai kegiatan meminjam di pinjol ini tidak baik untuk masa depan generasi muda karena bisa menjadi kebiasaan berutang. Bisa-bisa, uang penghasilannya habis untuk membayar bunga pinjol sehingga tidak mempunyai tabungan.

"Kita kerja capek capek uangnya habis untuk bayar bunga aja. Padahal ke depannya ketika mereka sudah berkeluarga, biaya hidupnya akan semakin besar. Jadi, nggak punya aset, Nggak punya tabungan dan investasi. Sibuk nutupin hutang aja," imbuhnya.

Sama halnya dengan Teja, Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom CELIOS Nailul Huda menilai adanya kemudahan proses pinjam menjadi faktor banyaknya anak muda terlibat pinjol.

"Proses pinjol ini kan sangat gampang, cukup punya KTP, akun digital platform dan sebagainya, bisa langsung dapat pinjaman berplatform tertentu," kata Huda kepada detikcom.

Selain itu, kurangnya ada pengecekan kemampuan membayar lebih valid lagi. Faktor lainnya adalah sifat konsumtif generasi muda. Menurut Huda, saat ini pinjaman konsumtif generasi muda sebesar 65% dari total pinjaman online. Sebagian besar digunakan untuk belanja album kpop, konser, dan sebagainya.

(das/das)

Hide Ads