"Sekarang kapasitas produksi ada 265.000 ton per tahun, ke depan kita harapkan bisa meningkat menjadi 500.000 ton per tahun pada 2020-2021 awal. Serta pada 2025 bisa menjadi 1 juta ton aluminium ingot per tahun," ujar Presiden Direktur PT Inalum, Winardi Sunoto, di Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (15/9/2016).
Hal itu disampaikan Winardi usai bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di kantornya. Ia mengatakan usai menjadi BUMN kembali, Inalum ditargetkan untuk menggenjot kapasitas produksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya pembangunan 500.000 ton smelter aluminium berikutnya di Kalimantan Utara atau Kalimantan Barat. Hal ini karena Inalum masih menimbang dibagian utara atau barat yang menguntungkan untuk pembangunan smelter ini.
"Lalu 500.000 ton berikutnya nanti di Kalimantan Utara atau Kalimantan Barat karena alumina refinery dibangunnya di Kalimantana Barat, tapi sumber listriknya kami harapkan di PLTA Kalimantan Utara, nanti mana yang paling menguntungkan antara semleternya dibangun di Kalimantara Utara atau barat," ujarnya.
Nilai investasi alumina refinery berkapasitas 1 juta ton per tahun sekitar US$ 700 juta, untuk bauksit menjadi alumina refinery. Sedangkan aluminium smelter optimasi dari yang ada dan semlter yang baru sekitar US$ 800 juta dari 200.000 ton.
Investor Alumina refinery itu berasal dari Inalum, Antam, dan partner dari China. Sedangkan untuk smelter dibangun oleh Inalum. Diperkirakan pembangunan alumina refinery sekitar 30 bulan, sedangkan pembangunan smelter sekitar 2 tahun, bisa juga lebih cepat.
Target produksi untuk tahun ini sektiar 247.000 ton. Sementara itu, untuk bulan Agustus produksi Inalum telah mencapai sekitar 170.000 ton.
"Target kita tahun ini 247.000, karena kita ada perbaikan turbin. Inalum memiliki 8 trubin. Satu turbin kita perbaiki sehinga produksi kita sedikit turun. Tahun lalu 257.000. Tahun ini targetnya 247.000, tapi harapan saya bisa diatas itu mungkin 250.000 sehingga dari sisi produksi dan penjualan tidak terlalu besar turunnya," kata Winardi.
"Demikian juga dari keuangannya. Walaupun harga relatif turun dari tahun lalu tapi dari sisi biaya kita kendalikan. Mudah mudahan bottom linenya sama dengan tahun lalu. Produksi 247.000 Biasanya produksi dan penjualan nggak beda banyak. Karena kita jaga stok produk jadi relatif hampir sama," ujar Winardi. (hns/hns)