Pembangkit yang memanfaatkan gas buang (waste heat recovery power generation/WHRPG) ini mampu menghasilkan listrik sebesar 30,6 Mega Watt (MW). Sisa gas buang selama ini dibuang tanpa termanfaatkan.
Pembangunan ini diwujudkan dalam kerjasama kontrak yang diwakili Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto dan Managing Director JFE Tetsuo Tsuyuguchi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biaya investasi pembangunan WHRPG mencapai Rp 638 miliar. Dwi menuturkan investasi juga akan didukung oleh pemerintah Jepang sekitar 20% karena pemerintah di sana mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung proyek ramah lingkungan ini melalui program Joint Crediting Mechanism. Sisanya dibiayai oleh kas internal perusahaan.
Adapun masa konstruksi dilakukan selama 24 bulan yang dihitung sejak kegiatan engineering sampai selesainya commissioning dan akan beroperasi pada semester II 2016.
Kandungan lokal dari proyek ini mencapai 52% dan sisanya merupakan kandungan impor yang dipasok JFE. Pembangunan WHRPG dengan kapasitas 30,6 MW akan mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 kWh per tahun.
"Artinya, potensi penghematan biaya listrik mencapai Rp 120 miliar per tahun," terangnya.
Proyek ini akan berkontribusi pada program pengurangan emisi CO2 sebesar 122.358 ton per tahun. Penggunaan teknologi ramah lingkungan di Pabrik Tuban merupakan yang kedua di perseroan sebelumnya dibangun dengan teknologi di Pabrik Indarung Padang dengan kapasitas 8,5 MW dan mulai beroperasi pada 2011.
Ia melanjutkan, industri semen termasuk bisnis yang paling terkena dampak kenaikan Tarif Dasar Listrik untuk kelas industri 2014. Oleh karenanya, perseroan terus melakukan inovasi dan efisiensi di berbagai aspek.
"Pembangunan WHRPG di Pabrik Tuban merupakan salah satu inisiatif perseroan untuk mengurangi ketergantungan energi yang bersumber dari PLN dan sekaligus mengurangi konsumsi batubara," paparnya.
(feb/hen)