Mobil 'Ndeso' Jokowi: Diluncurkan Tahun Ini, Harga di Bawah Rp 70 Juta

Mobil 'Ndeso' Jokowi: Diluncurkan Tahun Ini, Harga di Bawah Rp 70 Juta

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 13 Feb 2018 08:07 WIB
Mobil Ndeso Jokowi: Diluncurkan Tahun Ini, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Foto: Dok. Kemenperin.
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggagas program kendaraan pedesaan lebih dari setahun lalu. Program itu sempat tak terdengar kabar hingga memasuki pergantian tahun 2018.

Kini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang mengembangkan program itu. Ada beberapa model kendaraan pedesaan yang disiapkan.

Kendaraan pedesaan ini dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan pengendara di pedesaan. Selain itu, kendaraan pedesaan awalnya juga ditujukan untuk membantu pelaksanaan atau mekanisasi hasil pertanian dan perkebunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendaraan ini dinanti-nanti banyak pihak, terutama masyarakat pedesaan. Lantas, bagaimana kelanjutan program kendaraan pedesaan Jokowi ini? Berikut fakta-faktanya:

Kemenperin menargetkan bisa secepatnya meluncurkan secara resmi program kendaraan pedesaan. Kendaraan ini ditargetkan bisa resmi diperkenalkan pada Agustus 2018.

Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengatakan ada tiga model kendaraan pedesaan yang dikembangkan. Ketiganya ialah Wintor dari Astra Otopart, KHS dari CV Karya Hidup Sejahtera, dan yang terbaru Mahesa dari Kiat Motor.

"Ya ancer-ancer Agustus ini. Saya akselerasi Agustus ini bisa selesai, ini baru perkiraan. Tergantung yang produksinya, tapi mereka sudah katakan kalau siap untuk Agustus, karena kan produksi itu enggak gampang. Sekaligus regulasi kita akselerasi bicara dengan (kementerian) Perhubungan dan lainnya untuk bisa mengaturnya. Jadi sisi regulasi sisi produksi bisa barengan," kata Harjanto saat berbincang dengan detikFinance di kantornya pekan lalu.

Dari ketiga model tersebut, KHS sudah diproduksi dan dipasarkan. Kemudian Wintor juga sudah diproduksi, namun sekarang masih pengembangan. Sedangkan untuk Mahesa masih tahap pengembangan.

Nantinya, ketiga model kendaraan pedesaan itu ditargetkan bisa resmi diluncurkan sekaligus.

"Nanti launching nanti tiga-tiganya sekaligus. Jadi dikumpulin dulu setelah mereka siap semua baru kita launching. Nah kita bukan bicara prototype di sini, kita bicarain production. Jadi bukan prototype lagi, jadi ini produksi yang siap dipasarkan," ungkap Harjanto.

Bersamaan dengan itu, Harjanto mengatakan, Kemenperin juga menyiapkan regulasi kendaraan pedesaan. Guna mengatur kendaraan ini, Kemenperin bakal menggandeng pihak terkait seperti Kementerian Perhubungan.

"Termasuk nanti distribusinya dengan teman-teman yang nanti terlibat kita akan bicarakan, tapi itu kan business to business, kita nggak akan intervensi, kita hanya memfasilitasi. Nah kita memfasilitasi untuk bertemu beberapa industri supaya jadi. Jadi tinggal peran pemerintah agar regulasi yang diperlukan itu supaya masuk ke pasar enggak ada masalah mulai dari laik jalan serta perpajakannya," kata dia.

Harjanto mengatakan bahwa harga jual kendaraan pedesaan di bawah Rp 70 juta. Angka tersebut dinilai cukup terjangkau untuk masyarakat pedesaan.

"Harga harus di bawah Rp 70 jutaan, jadi murah sekali. Tapi memang reliable untuk ditaruh di pedesaan," kata Harjanto.

Dengan kendaraan ini, khususnya merk Mahesa, selain sebagai alat transportasi juga memiliki beragam fungsi untuk membantu berbagai pekerjaan di sektor pertanian dan perkebunan.

"Jadi itu bisa dipakai untuk pompa, untuk mesin-mesin lain. Lalu dia punya power trainnya bisa di-connect, bisa untuk pembangkit listrik. Kalau misalnya di desa lampunya mati, nanti jadi generator. Jadi multi fungsi, beda dengan mobil pada umumnya," ucap Harjanto.

Tak hanya itu, kata Harjanto, kendaraan pedesaan ini juga dinilai irit dalam hal bahan bakar. Mahesa sendiri memiliki tenaga 500 CC dengan 1 silinder dan menggunakan mesin diesel.

"Dia bisa untuk seperti genset segala macam, dia multifungsi. Lalu walaupun manual, memiliki fungsi seperti truk dump. Kalau mobil misalnya pick up Suzuki atau lainnya, mobilnya enggak bisa diangkat baknya, nah kalau ini baknya didesain bisa langsung buang kayak dump truck walaupun manual jadi memang benar-benar untuk mobil pedesaan dengan engine yang kecil," tutur dia.


Harjanto menjelaskan dari ketiga model pedesaan yang dikembangkan, KHS sudah diproduksi dan dipasarkan. Kemudian untuk Wintor juga sudah diproduksi namun masih pengembangan. Sedangkan untuk Mahesa baru tahap pengembangan.

"(Kalau ingin membeli) Ya ada, bisa didatangi langsung ke produsen. Jadi bisa kok kalau mau dibeli kan mereka nggak pakai nomor polisi jadi seperti model traktor jadi belum ada nomor polisinya masih menunggu regulasi. Kalau sekarang yang sudah bisa dibeli itu yang KHS ya," kata Harjanto.

Harjanto bilang, ketiga model kendaraan yang dibanderol dengan harga di bawah Rp 70 juta itu bisa dimiliki oleh siapapun. Artinya, tidak terpatok untuk masyarakat pedesaan.

"Jadi kalau misalnya ada yang mau beli, mau pakai buat gaya-gayaan ya silakan saja kita enggak melarang, sepanjang itu ada nomor polisinya dan itu bayar pajak sebagainya," kata Harjanto.


Salah satu model kendaraan pedesaan, KHS, telah diekspor ke Malaysia. Kendaraan yang didesain sebagai alat mekanisasi pertanian itu memang sudah tahap produksi dan dipasarkan.

Harjanto mengungkapkan selain Malaysia, ada beberapa negara lain yang juga tertarik dengan kendaraan pedesaan buatan anak bangsa, salah satunya ialah Afrika.

"Beberapa pasti ada, rencananya kita mau ekspansi ke Afrika," kata Harjanto.

Harjanto mengatakan kendaraan pedesaan ini memang ditujukan selain untuk dalam negeri, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Terutama untuk negara-negara yang berorientasi di sektor pertanian.

"Kan negara-negara seperti itu perlu jadi pasalnya sebenarnya ya negara-negara yang unggul di pertaniannya misalnya," kata Harjanto.

Lebih lanjut dia menjelaskan, saat ini ada beberapa negara yang juga memiliki konsep kendaraan pedesaan, contohnya India bahkan China. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia juga ingin masuk dan bisa bersaing dalam mengembangkan kendaraan pedesaan ini.

"Di India kan juga mereka punya. Nah kita juga ingin punya kendaraan itu supaya kita bisa ekspor ke negara-negara yang memang didukung oleh pertanian," tutupnya.

Hide Ads