Di Pasar Gawok, puluhan pande besi atau para perajin alat-alat dari logam besi, biasa membuat berbagai alat pertanian dari cangkul, sabit, pisau, hingga mata bajak. Pengguna produk-produk mereka adalah warga dan petani-petani setempat. Pasar Gawok memang terletak di kawasan lumbung padi nasional di berbatasan Solo-Sukoharjo-Klaten.
Slamet, salah seorang pande besi, mengaku mengetahui adanya serbuan alat-alat pertanian harga murah yang berasal dari impor, terutama dari China. Namun serbuan barang-barang impor tersebut dinilainya tidak banyak mempengaruhi para pelanggan setia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buatan lokal, kata Slamet, selain lebih berkualitas juga bisa dipesan sejak awal. Pemesanan itu bisa berupa bentuk, model hingga ukurannya. Dengan demikian, pembeli bisa merasa lebih nyaman menggunakannya ketika dipakai untuk bertani. Interaksi seperti itu selalu terjadi sehingga lebih nyaman bagi pengguna.
"Kami memakai besi-besi kualitas bagus. Barang-barang impor itu biasanya dipakai beberapa kali saja sudah tak nyaman dipakai. Mudah rompal, kadang malah meletot. Kalau dibawa ke sini untuk diperbaiki, ya sulit, karena memang bahan baku pembuatannya kurang bagus," lanjutnya.
Hal serupa juga dikuatkan oleh Irwan, pande besi lainnya. Menurut Irwan, bahkan kadang-kadang pembeli memesan alat pertanian itu dengan membawa bahan besi sendiri. Besi dipesankan untuk dijadikan alat pertanian yang dimaksud. Para pande bisa melayani pembeli seperti itu dan bisa ditunggui pembuatannya.
"Pembeli butuh barang bermutu untuk mengolah tanah pertaniannya. Biarpun agak mahal mereka tetap memilih asal bagus. Bagi petani, alat pertanian harus bagus agar nyaman untuk mengolah sawah. Kalau rusak, ya bisa dibawa kemari lagi untuk diperbaiki. Kalaupun diperbaiki ya tetap bisa bagus lagi karena memang bahan bakunya bagus," kata dia.
Naik turunnya pembeli, kata Slamet maupun Irwan, bukan tergantung serbuan barang impor. Saat-saat menjelang musim tanam, Pasar Gawok selalu diserbu pembeli. Ada yang membeli barang baru, ada pula yangs sekedar memperbaiki peralatan yang rusak agar bisa digunakan lagi mengolah sawah.
"Kalau awal musim hujan seperti ini, setiap lapak pande besi bisa didatangi puluhan orang untuk memilih-milih barang yang cocok, atau memperbaiki alat, atau juga yang memesan pembuatan barang baru dengan bahan besi yang mereka bawa sendiri," lanjut Irwan.
Sartini, salah satu penjual alat-alat pertanian di Pasar Gawok, juga membenarkan hal tersebut. Menurutnya serbuan alat-alat impor tidak banyak berpengaruh pada penjualan dagangannya.
"Pembeli berpikir bahwa membeli barang sekali agak mahal tapi awet dan lebih berguna, dari pada membeli barang murah tapi cepat rusak. Kalau pisau dapur memang banyak yang memakai pisau bahan stainless karena antikarat, tapi kalau alat pertanian masih bertahan dengan produk lokal," kata Sartini.
Sutikno, pengunjung Pasar Gawok, mengaku bahwa produk lokal tetap menjadi pilihan baginya dan para petani lainnya. "Barangnya lebih kuat. Mutunya lebih terjamin. lebih banyak pilihan dan bahkan bisa memesan sesuai kebutuhan dan ukuran yang sesuai masing-masing orang," kata dia.
(mbr/hns)